Perkembangan TIK Sangat Membantu Guru Membuat PJJ yang Menyenangkan, Namun Berisiko Mendestruksi Kemandirian Anak


 



Pada pagi hari di pintu gerbang sekolah selalu ada dua orang guru berdiri dengan wajah berseri, menggunakan pakaian rapih dan identitas  diri di dadanya. Mereka selalu ceria, terutama ketika datang seorang anak yang memasuki pintu gerbang, mereka menyambutnya dengan senyum bahagia, memberi salam, dan memotivasi setiap anak yang datang.

Begitulah suasana pagi hari di pintu gerbang sekolah anak usia dini (PAUD) tempat saya mengabdi, tepatnya di Taman Kanak-Kanak  (TK) Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur. Pastinya tidak berbeda dengan lembaga pendidikan anak usia dini lainnya.

Anak usia dini merupakan masa pertumbuhan yang gemilang. Keadaan mereka sangatlah unik, meski usia dan postur tubuh mereka sama, namun pertumbuhan dan perkembangan mereka berbeda. Terutama perkembangan sosial emosionalnya. Masih ada yang malu-malu, takut, atau kurang bersemangat ketika datang ke sekolah.

Karena itu perlu ada bimbingan dan motivasi dari orang dewasa di sekitarnya, terutama dari  lingkungan kedua yang sangat berpengaruh bagi perkembangan mereka yaitu guru di sekolah. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru adalah menyambut kedatangan mereka dengan wajah yang menyenangkan. Harapannya agar anak-anak senang hadir dan belajar di sekolah.

Ketika anak senang, merasa nyaman dan aman, serta selalu gembira. Maka anak akan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat menerima materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah. Tidak kalah pentingnya, mereka akan menjadi anak-anak yang gemar belajar karena sudah tertanam di mind set mereka bahwa belajar  adalah kegiatan yang menyenangkan.

Namun itu  dahulu, bukan sekarang. Sejak bulan Maret 2020 hingga sekarang sudah tidak ada lagi guru yang menyambut anak didiknya di depan pintu gerbang sekolah. Bahkan kelas pun sepi. Semua kegiatan belajar mengajar tidak lagi di dalam kelas. Sudah tidak ada lagi yang bermain, berlari-lari, tertawa, dan belajar bersama guru di halaman sekolah.

Semenjak Virus Covid 19 hadir di negara yang kita cintai ini sekolah menjadi seperti rumah tidak berpenghuni. Sekarang dunia mayalah yang ramai, karena semua pembelajaran dilakukan secara online. Mulai dari perguruan tinggi hingga pendidikan anak usia dini semua belajar dari rumah dan  guru pun mengajarnya dari rumah.

Dahulu pada pagi hari  guru menyambut anak di pintu gerbang sekolah. Sekarang, guru hanya bisa menyapa dari balik layar. Dahulu guru menyaksikan langsung keceriaan anak didiknya, sekarang mereka hanya bisa melihat wajah-wajah  mungil itu dari balik layar tanpa tahu suasana batin mereka yang rentan dipengaruhi oleh sekitarnya.

Karena keadaan seorang anak, terutama anak usia dini, sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Jika melihat langsung, guru bisa  mengetahui faktor eksternal anak. Minimal anak bisa bercerita tanpa perasaan takut oleh sorotan mata tajam. Sementara, ketika melihat melalui dari layar guru tidak tahu keadaan di sekitar anak. Bisa jadi seorang anak duduk di depan laptop bukan atas keinginannya atau dorongan yang tulus dan halus dari lingkungannya.

Kemajuan taknologi sangatlah berarti dan bermanfaat untuk mendukung kegiatan pembelajaran, baik ketika di sekolah, terlebih saat pembelajaran jarak jauh.Tidak bisa dipungkiri perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang ada menjadi solusi dan motivasi bagi guru dalam berkreatifitas di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Dengan adanya berbagai aplikasi  dapat memudahkan guru dalam membuat pelajaran jarak jauh baik kegiatan dalam jaringan maupun luar jaringan. Siapapun yang memiliki gawai dapat membuat atau mengikuti pembelajaran dengan santai. Apalagi yang punya laptop, mereka dapat membuat kegiatan yang lebih top. Lihat saja grup Komunitas Sejuta Guru Ngeblog di Facebook banyak guru yang menjadi youtober dengan konten yang top-top.

Karenanya kita semua sepakat, bahwa kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat membantu  guru dalam membuat pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan. Namun tidak bisa kita pungkiri juga, sebagaimana yang sudah saya sampaikan di atas, pengamatan guru menjadi terbatas, terutama pada pendidikan anak usia dini. Mereka tidak bisa mengamati keadaan anak didiknya secara menyeluruh terutama faktor eksternal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Ingat, pada pendidikan anak usia dini yang dinilai bukan hasil karyanya, apalagi kemampuan kognitif dengan nilai kuantitatifnya. Bukan itu!. Tetapi yang dinilai adalah tumbuh-kembang anak dari awal hingga akhir pembelajaran, bagaimana respon mereka terhadap stimulus perkembangan yang diberikan oleh guru, dan adakah faktor eksternal yang mempengaruhi mereka, misal mempengaruhi partisipasi dan konsentrasinya.

Semua sepakat perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi mendorong para guru untuk berkembang secara mandiri, karena mereka bisa mendapatkan beragam informasi yang mendukung kemampuan mengajarnya. Meski mereka belum mengenal Komunitas Guru TIK/KPPI (KOGTIK) tetapi berkat TIK kemampuan mengajar, wawasan, dan kepribadian mereka bisa berkembang dan pastinya kelak mereka juga akan mengenal KOGTIK, Ikatan Guru TIK, dan juga Komunitas Sejuta Guru Ngeblog.

Namun sayang. Jika dengan TIK guru dapat berkembang secara mandiri. Sedangkan  anak  didik kemandiriannya berisiko tidak berkembang, terutama anak usia dini. Dimana mereka sedang masa golden age, waktu yang penting dan tepat untuk menstimulus kemandiriannya agar mereka tumbuh menjadi generasi yang percaya diri, berani, dan mandiri.

Ketika pembelajaran jarak jauh baik daring maupun luring, terutama terlihat jelas saat daring, tidak sedikit peserta didik yang dibantu atau diberi tahu oleh orang tua atau pendampingnya. Bahkan ada yang tugasnya dikerjakan bukan oleh sang anak. Disinilah terjadi destruksi kemandirian.

Walaupun guru sudah mengingatkan agar orang tua atau pendamping membiarkan anaknya berkarya sendiri, tetap saja yang rajin menjawab dan membuat kreatifitas adalah orang yang sudah pernah sekolah 12 tahun bahkan lebih. Sepertinya mereka tidak bisa membedakan antara mendampingi dengan mengasih informasi yang berisiko mendestruksi kemandirian anak.

Seorang dokter anak yang terkenal dengan buku kepengasuhannya “Baby and Child Care”, Dr. Benjamin Spock, mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian anak adalah rasa percaya diri anak yang dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri.

Kesimpulannya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat membantu guru dalam mengembangkan kemandiriannya terutama untuk membuat pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan. Meski masih terbatas dalam mengevaluasi validitas perkembangan anak, namun tidak bisa dihempaskan peran TIK bagi keberlangsungan dunia pendidikan di tengah pandemi yang membuat was-was.

Penting juga, untuk menjadi perhatian kita bersama, bahwa pembelajaran jarak jauh, terutama di pendidikan anak usia dini, dapat berisiko mendestruksi kemandirian anak dikarenakan banyaknya orang tua yang lemah kesabarannya dalam membersamai anaknya mengikuti PJJ dan berproses sesuai kemampuannya. Karena kemandirian yang kita harapkan bukan sekadar kelak anak bisa makan dan minum sendiri, tetapi mereka bisa tampil dengan berani dan percaya diri sebagaimana para pemuda yang pada 28 Oktober 1928 menyuarakan bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu yaitu Indonesia.

Harapan yang tidak kalah pentingnya, agar kelak mereka menjadi pelopor kemandirian Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, karena sekarang bangsa kita TIK nya belum mandiri  sebagaimana yang disampaikan Wijaya Kusuma,M.Pd dalam artikelnya yang berjudul “Kemandirian Bangsa di Bidang TIK” yang dipublikasikan www.gurupenggerakindonesia.com.

“Teknologi Informasi dan Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kemandirian bangsa. Jujur saja, bangsa Indonesia belum mandiri di bidang TIK. Kita masih tergantung dengan bangsa lain. Sebab generasi emas kita tidak diajarkan TIK. Boro-boro menyiapkan generasi emas, kita hanya melahirkan generasi cemas dan lemas.” Tulis guru yang akrab disapa om Jay itu.

 Sekian


PROFIL PENULIS  :

Firman Mudiana Fajar,,M.Pd







Anggota PGRI : 09030102772

Dilahirkan di Jakarta, tepatnya di Cibubur-Ciracas Jakarta Timur, pada hari Jum’at tanggal 30 April 1982. Enam tahun kemudian mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah YPKP Jakarta, dan pada tahun 1994 melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsnawiyah YPKP Jakarta, kemudian pada tahun 2000 lulus dari SMUN 104 Pasar Rebo Jakarta.

Untuk pendidikan tinggi, pada tahun 2011 lulus S1 Pendidikan Agama Islam IPRIJA Jakarta, dan pada tahun ini lulus S2 Magister Pendidikan Agama Islam UNISMA 45 Bekasi.

Saat ini penulis merupakan guru PAUD paling ganteng di daerah Pasar Rebo Jakarta Timur, terkhusus di TK Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur. Dirumah pun penulis orang paling ganteng, karena rumah nya yang berada di Jl. Masjid Attaufik rt 10 rw 11 no 49 Kelapa Dua Wetan Ciiracas Jakarta Timur dihuni oleh penulis, istri, dan ketiga anaknya yang cantik-cantik semua.

Blog Pribadi : www.aafajarpaud.com & setetessmadu.blogspot.com

 

 

 

Perkembangan TIK Sangat Membantu Guru Membuat PJJ yang Menyenangkan, Namun Berisiko Mendestruksi Kemandirian Anak Perkembangan TIK Sangat Membantu Guru Membuat PJJ yang Menyenangkan, Namun  Berisiko Mendestruksi Kemandirian Anak Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Sunday, October 25, 2020 Rating: 5

10 comments:

  1. Betul pak guru, kelamaan pjj juga bisa bikin anak lemah perkembangan lainnya.

    ReplyDelete
  2. Betul banget pakk.. Sangat disayang kan perkembangan sosial emosional setiap anak di masa PJJ ini.. Dan PJJ ini sudah banyak timbul kasus baru baik dari anak maupun orangtua. Memang sih TIK jadi bikin orang ga gaptek, tapi tergantung bagaimana menggunakan nya. Hampir sebagian besar orang tidak bijak dalam menggunakan teknologi.

    ReplyDelete
  3. Luar biasa tulisannya pak..
    Sukses buat p fajar...kalau saya selain kasuan dgn perkembangan anak2 saya juga kasian dgn irg tuanya...tidak sedikit mereka yang gaptek...mereka ribet dgn classroom...semoga pandemik cepat berlalu...kita sama2 bisa menatap anak2 dgn krlucuannya....sukses selalu..tetap semangat para garda depan pendidik..

    ReplyDelete
  4. Benar banget Pak Fajar,perkembangan dalam belajar anak pada masa pandemi yg dilakukan pembelajaran melalui PJJ,Pelajarannya sampai, tetapi cara pentampaian metodenya yang kurang sampai kepada peserta didik, karena kendala TIK,belum tentu orang tua murid semua punya, dan orang tua murid juga tidak semua dari kalangan berpendidikan,jadi kalau menurut saya,maunya selayaknya guru dan murid itu bertatap muka disamping guru dan orang tua tetap sama - sama belajar tentang TIK. Terakhir sukses selalu buat pak Fajar. Saya ingin belajar banyak dengan Pak Fajar, waktunya ini, susah diatur.

    ReplyDelete
  5. Benar pak Fajar, semoga pandemi ini segera berlalu. Jazakalloh Khair

    ReplyDelete
  6. betul Aa Fajar yg ganteng, kasihan anak-anak kita jika kelamaan pjj. Bukan cuma pertumbuhannya yg terganggu, moralnya jg sdh ada yg terganggu karena seringnya di depan gadget. Semoga wabah ini segera berakhir.

    ReplyDelete
  7. Subhanallah ,terus berkarya pak Fajar , semangat

    ReplyDelete
  8. "Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat membantu guru dalam membuat pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan"
    kalimat hebat lahir dari guru hebat
    https://www.gurusumedang.com/

    ReplyDelete

Powered by Blogger.