Hari Ini Dapat Pelajaran Berharga Dari Guru-guru Tangguh Di Pinggiran Kota Jakarta




Dua minggu yang lalu saya diundang rapat pengurus DKM salah satu Masjid di daerah Ciracas Jakarta Timur. Salah satu agendanya membahas pendidikan TK dan TPA.

Di Masjid itu ada kegiatan pendidikan untuk anak usia dini (TK) dan pendidikan Alquran (TPA), namun tidak berjalan efektif. Terutama saat pandemi kegiatannya berhenti total.

Pada rapat tersebut mereka memutuskan ingin mengaktifkan kembali TK dan TPAnya. Serta menunjuk saya untuk memimpin pendidikan di Masjid tersebut.

Alasan mereka menunjuk saya sangat sederhana, karena saya guru Taman Kanak-Kanak, sudah bergelar Magister Pendidikan, dan mengerti keadaan Masjid dan pendidikan anak usia dini.

Singkatnya, setelah berdiskusi dengan para pengurus, maka dengan Bismillah memohon keridhoan Allah Swt saya menerima amanah tersebut.  Demi Allah, secara dunia saya tidak merasakan beban apapun.

Karena pendidikan di Masjid tersebut murni dalam rangka dakwah Islam, mencari ridho Allah, dan bukan berorientasi keuntungan materi.

Namun, secara agama saya merasakan beban. Karena bagi saya Masjid adalah wajahnya Islam. Ketika baik pelaksanaannya, maka orang akan melihat itulah Islam. Jika buruk, orang pun akan melihat itulah Islam.

Karenanya, agar beban itu tidak terlalu berat dan untuk memudahkan saya memulai mengkomandoinya, saya meminta kepada pengurus DKM untuk mengumpulkan guru yang masih ada pada hari Ahad 22 November 2020, sekaligus memperkenalkan saya ke mereka.

Maka jadilah hari ini (Ahad) saya berkumpul bersama para guru dan ketua DKM. Selain berkenalan, pada pertemuan itu saya coba menggali informasi dari para guru tentang pembelajaran yang selama ini mereka lakukan dan apa saja kendalanya.

Satu persatu mereka pun memperkenalkan diri, menceritakan suka duka selama mengajar, dan menjawab pertanyaan saya terkait pendidikan di Masjid itu.

Masya Allah, betapa Allah Swt sedang memberikan pelajaran sangat berharga kepada saya melalui para guru  yang berjumlah 4 orang tersebut, yaitu pelajaran tentang bersyukur,  bersabar, dan jiwa seorang guru.

Ternyata, selama ini mereka mengajar dengan sarana dan prasarana seadanya, termasuk gaji pun ala kadarnya, bahkan sering tidak menerima gaji.

Padahal apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan mulia, mengajarkan Alquran, ilmu, keterampilan, ibadah, dan lainnya. Tetapi, meski mereka tidak mendapatkan upah yang layak, mereka tidak mengeluh, dengan sabar mereka tetap mendidik muslim-muslimah cilik.

Luarbiasanya, mereka tidak jarang mengeluarkan uang pribadi demi terlaksananya kegiatan yang ada, termasuk untuk pengadaan media pembelajaran.

Pernah mereka mengadakan kegiatan rihlah dan untuk terlaksanya kegiatan semacam kunjungan edukasi itu mereka menentukan bayaran kepada orang tua sebesar tiga puluh ribu rupiah. Beberapa orang tua mengeluh, menolak, hingga ada yang menghardik mereka.

Namun, hal itu tidak mematahkan semangat mereka. Meski mayoritas mereka juga bukan lulusan kependidikan, mereka terus menjalankan kegiatan pendidikan di rumah Allah Swt itu.

Kepada saya mereka berterus terang bahwa mereka tidak faham adminitrasi pembelajaran. Mereka mengajar hanya berdasarkan kebutuhan anak dan selembar jadwal pembelajaran yang tertempel di dinding kelas.

Salah seorang dari mereka yang senior menyampaikan bahwa mereka bisa bertahan dengan keadaan seperti ini hanya bermodalkan semangat dan rutin memperkuat ruhiah.

Hingga pandemi datang dan satu persatu para donatur yang membantu biaya operasional pendidikan pun mundur. Mereka terpaksa meniadakan kegiatan belajar mengajar baik online maupun offline.

"BDR itu gak efektif pak, lagian juga kami ga ada dana untuk beliin guru pulsa, Masjid pun tidak ada uang, kami pun sedang sulit karena suami dirumahkan, maka KBM nya terpaksa kami offkan, kalau ada anggaran kami akan BDR minimal zoom, masalahnya anggarannya ga ada." Kata salah satu guru sambil menyusui bayinya.

Setelah dua jam berdiskusi, banyak informasi yang saya peroleh dari mereka yang pada hakikatnya adalah pelajaran berharga untuk saya tentang syukur, sabar, dan jiwa seorang guru. Serta mengingatkan saya tentang ungkapan yang berbunyi :

“Ath thariqah ahamu minal madah, wal ustaadzu ahammu min ath-thariqah, wa ruuhul ustadz ahammu min al ustadz. (metode pelajaran lebih penting dari pelajaran, guru lebih penting dari metode, dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri)”.

Saya mencatat setiap informasi penting yang saya dengar dari mereka sebagai acuan saya dalam memperbaiki sistem pendidikan di rumah Allah itu. Pada catatan terakhir, sambil menulis saya memohon kepada Allah Swt dalam hati.

"Yaa Allah, mudahkan saya menjalankan amanah di rumahmu ini, bantulah saya agar bisa meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para guru yang mengajarkan ilmu dan agamamu ini, dan pertemukan saya dengan orang-orang yang mau membantu kami."

Aamiin

Hari Ini Dapat Pelajaran Berharga Dari Guru-guru Tangguh Di Pinggiran Kota Jakarta Hari Ini Dapat Pelajaran Berharga Dari Guru-guru Tangguh Di Pinggiran Kota Jakarta Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Sunday, November 22, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.