Konsintensi Bukan Slogan


Guru PAUD pada umumnya mengenal Sekolah Alfalah yang dahulu beralamat di Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur, sekarang  berada di Malaka Cipayung Jakarta Timur, yang didirikan oleh seorang dokter gigi, yaitu Wismiarti Tamin.

Sejarah Wismiarti mendirikan Sekolah Alfalah berawal dari keprihatinannya terhadap pendidikan anak usia dini yang dirasakannya saat beliau menjabat kepala Laboratorium Doping Jakarta yang sekarang bernama Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta.

Saat itu, tahun 1996, Wismiarti hendak merekrut tenaga ahli untuk mengoperasikan alat yang ada di Lab Doping dan ia ingin mendapatkan tim yang memiliki skill dan integritas tinggi.

Perekrutan pun di mulai, dan proses seleksinya melibatkan seorang pakar doping dunia dari Australia. Ada  200 orang lulusan S2 dan S3 dari Universitas ternama baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang ikut seleksi.

Silakan Klik Untuk KUNJUNGI TOKO AA FAJAR, LENGKAP DAN BERKUALITAS

Namun sayang, dari 200 orang itu hanya 2 orang yang dinyatakan lulus oleh pakar doping itu. Sementara yang dibutuhkan Wismiarti 12 orang. Kagetlah beliau, dan ia bertanya kepada pakar doping itu tentang penyebab banyaknya peserta yang tidak lulus seleksi.

Ternyata penyebabnya hanya karena mereka tidak konsisten, antara ucapan dan perbuatan tidak sesuai. Wismiarti bertanya kembali tentang apa yang menyebabkan mereka tidak konsisten padahal mereka berpendidikan tinggi.

Pakar doping dunia tersebut menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh faktor pendidikan yang diterimanya pada usia dini.

Dari situlah Wismiarti menyadari pentingnya pendidikan pada anak usia dini, sehingga memotivasi dirinya untuk melepaskan jabatan pentingnya di dunia kesehatan lalu mendirikan lembaga pendidikan Alfalah.

Alfalah itulah sekolah yang pertama menggunakan metode BCCT atau Sentra dan menyebarkannya di Indonesia, hingga sekarang para guru PAUD dapat mengenal dan menggunakan metode dari Florida tersebut.

Ada yang menarik dan penting untuk di cermati dari sejarah Wismiarti mendirikan Sekolah Alfalah, yaitu tentang konsistensi. Seorang pakar doping dunia itu menyeleksi bukan berdasarkan pengetahuan dan latar belakang lulusan, melainkan konsisten atau tidaknya orang tersebut.

Dan menurutnya konsisten atau tidaknya seseorang sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterimanya saat usia dini.

Maka, sangat penting bagi guru PAUD untuk memperhatikan perihal konsistensi ini dan menginternalisasikannya dalam kegiatan di sekolah.

Contoh sederhana tentang penerapan konsistensi di sekolah adalah aturan yang diberikan guru kepada anak. Hendaknya setiap guru memberikan aturan yang sama ke peserta didik. Tidak ada perbedaan penerapan aturan, hal ini penting diterapkan terutama lembaga PAUD yang pembelajarannya moving class (Pindah Kelas dan Guru Sentra).

Jika di sekolah ada tujuh kelas (Sentra) maka setiap guru harus sama menerapkan aturannya. Jika setiap kelas berbeda-beda penerapannya, bahkan ada yang tidak menerapkan, maka anak dapat ilmu pengetahuan tentang inkonsisten.

Bahayanya, bagi sekolah yang rutin mengucapkan slogan atau kata-kata karakter bersama peserta didik. Misal, kata "disiplin". Kata itu rutin diucapkan, tetapi guru datangnya rutin terlambat dan dilihat oleh peserta didiknya. Maka guru telah menanamkan inkonsistensi kepada anak, yaitu tidak sesuainya antara ucapan dengan perbuatan.

Dan yang penting juga, pendidikan yang diberikan oleh sekolah haruslah sama dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Jangan sampai, di sekolah anak dididik disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab tetapi di rumah orang tua mendidiknya bertolak belakang dengan sekolah.

Begitu juga orang tua hendaknya memberikan pendidikan konsistensi kepada anak, terkait hal ini Nabi Muhammad saw bersabda :

Abu Dawud dan Baihaqi meriwayatkan dari Abdullah bin Amir r.a :  "Pada suatu hari ibu memanggilku, sedangkan Rasulullah duduk di rumah kami. Ibuku berkata, “Kemarilah, aku akan memberimu.” Kemudian Rasulullah berkata kepadanya, “Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibuku berkata, “Aku akan memberinya sebuah kurma.” Maka Rasulullah berkata kepadanya, “Kalau engkau tidak memberikan sesuatu kepadanya, maka engkau akan dicatat sebagai orang yang berdusta".

Ingat, anak adalah pengamat yang ulung. Ucapan dan perilaku orang dewasa di sekitarnya, terutama guru dan orang tua, merupakan sumber pengetahuan bagi anak yang dijadikannya sebagai bahan dalam berperilaku.

Karenanya di kurikulum PAUD ada kompetensi pengetahuan (KI 3) dan kompetensi keterampilan (KI 4). Anak akan berperilaku (terampil) berdasarkan pengetahuan yang diterimanya.

Ketika pengetahuan (aturan, sikap, ucapan, dan contoh perilaku) yang diterimanya konsisten maka perilaku anak akan konsisten. Jika sebaliknya, maka kelak anak akan menjadi pribadi yang inkonsisten.

Terhadap orang yang inkonsisten Allah SWT mengecamnya :

" Wahai orang yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu lakukan. Amat besar kemurkaan Allah kepada orang yang mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya "  (QS : As-Saff ayat 2-3)

Wallahu'alam


Konsintensi Bukan Slogan Konsintensi Bukan Slogan Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Monday, December 09, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.