Bukan Calistung, Tanda Anak Siap Masuk SD Sama Dengan Kesiapan Belajar Sholat


Pada pengambilan laporan perkembangan (Rapot) di pendidikan anak usia dini (PAUD/TK/RA) banyak orang tua yang bertanya kepada guru tentang kesiapan anaknya memasuki pendidikan sekolah dasar (SD).  Pertanyaan tersebut banyak disampaikan oleh orang tua peserta didik kelompok B di akhir tahun ajaran.

Orang tua bertanya seperti itu adalah hal yang wajar dan terkait dengan tujuan dari pendidikan anak usia dini, sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional  Pasal I angka 14 yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani  agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, orang tua dan guru harus mengetahui kesiapan anak untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar. Kesiapan yang dimaksud bukan sekadar bisa baca, tulis, dan berhitung.  Ada kesiapan lain yang harus dimiliki anak.

Di dalam Islam, kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar dapat dilihat pada hadis tentang pelajaran sholat. Hadis tersebut sangat terkenal dan mayoritas kita sudah akrab dengan hadis perintah mengajarkan sholat kepada anak itu, yaitu “Ajarilah anak kalian sholat pada usia tujuh tahun...”

Kita tahu perkataan Nabi Muhammad SAW adalah wahyu atau berdasarkan bimbingan dari Allah SWT dan mengandung pelajaran untuk umatnya. Maka, dari hadis sholat tersebut kita dapat mengambil pelajaran terutama tentang kesiapan anak belajar dilihat dari 6 aspek perkembangan.

Pertama, Nilai-nilai agama dan moral.  Berdasarkan aspek perkembangan agama ini, jika anak telah  memahami  hukum dan keutamaan belajar maka Ia telah memenuhi salah satu syarat untuk masuk SD. Pemahamannya itu ditunjukkan dengan semangat datang ke sekolah, selalu bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan aktif mengikuti arahan dan intruksi guru.

Hal itu dikarenakan anak faham bahwa belajar itu penting dan hukumnya wajib. Sebagaimana sholat merupakan kegiatan yang penting dan wajib dilakukan  oleh setiap muslim. Tentang kewajiban belajar Nabi Muhammad SAW  bersabda “Mencari ilmu hukumnya wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan”.

Dalam sholat juga ada adab atau tata tertib yang harus diketahui dan difahamai oleh anak. Sebagaimana belajar, juga ada adab dan tata tertib yang harus diketahui dan difahami  agar anak dapat belajar dengan baik.

Kedua, Sosial Emosional.  Berdasarkan aspek perkembangan ini. Jika anak sudah mandiri, dapat duduk tenang atau dapat mengontrol gerak tubuhnya, beradaptasi dengan lingkungan,  dapat menjalankan tata tertib yang ada, dan dapat  mengikuti arahan guru. Maka anak telah siap untuk masuk SD.

 Keadaan tersebut sama seperti sholat. Anak yang sudah mandiri terutama untuk urusan ke toilet, dapat mengontrol perilakunya, dapat menyesuaikan diri dengan jama’ah dan lingkungan Masjid, mengetahui aturan sholat seperti   tenang saat sholat, maka anak boleh diajak ke Masjid  untuk belajar sholat berjamaah.

Ketiga, Fisik Motorik. Aspek perkembangan terkait gerak tubuh ini ada pada sholat, baik gerak motorik kasar maupun motorik halus. Seorang anak yang  fisik motoriknya sudah berkembang, seperti dapat berdiri, mengangkat tubuh, melakukan gerakan tubuh dengan seimbang,  menggerakkan telapak tangan dan jari, serta dapat mengontrol gerak tubuhnya sesuai instruksi, maka sang anak telah memenuhi syarat untuk diajarkan sholat sebagaimana ia juga layak untuk masuk sekolah dasar.


Keempat, Kognitif. Jika anak dapat mengenal waktu (minimal waktu pagi, siang, sore dan malam), mengenal arah, mengenal angka dan penjumlahan sederhana,  mengenal warna dasar, dan mengenal bentuk. Dan mengenal anggota tubuh maka ia telah memiliki kesiapan untuk masuk SD.

Sebagaimana  sholat dalam sehari ada 5 waktu yang anak harus ketahui,  dikerjakan dengan menghadap ke arah kiblat dan tidak boleh tengok-tengok ke kanan dan ke kiri kecuali saat salam terakhir, ada jumlah rokaat yang harus diketahui, dipenuhi dan ada ketentuan jika  rokaat yang dikerjakan kurang atau berlebih karena lupa, saat sholat auratnya harus tertutup dengan pakaian yang bersih dan Nabi Muhammd SAW menyukai beberapa warna pakaian yang digunakannya saat Sholat.

Kelima, Bahasa. Seorang anak jika dapat mengungkapkan dan menjawab pertanyaan dengan kalimat sederhana, memahami bahasa yang didengarnya, dan dapat mengontrol bicaranya, maka ia telah memenuhi syarat untuk masuk SD. Sebagaimana dalam sholat ada kalimat sederhana yang harus diucapkan baik sebagai pernyataan maupun jawaban (Seperti takbir dan menjawab dengan mengucap “aamin”), memahami bahasa dalam sholat terutama kalimat yang diucapkan Imam saat sholat berjamaah seperti “Samiallahuliman hamidah”, dan dapat mengontrol bicaranya yaitu tidak bicara saat sholat.

Keenam, Seni. Pada aspek perkembangan ini yang terpenting anak mengenal kerapihan, ketertiban, dan menyukai keindahan. Sebagaimana dalam sholat ada kerapihan, ketertiban, terutama saat sholat berjamaah, dan keindahan dari bacaan dan gerakan sholat.

Ketujuh, Tujuh Tahun. Dalam hadis sholat itu disebutkan orang tua diperintahkan mengajari sholat  kepada anak yang berusia tujuh tahun. Sebagaimana peraturan masuk SD yang ditetapkan  pemerintah yaitu minimal berusia tujuh tahun.  Karena pada usia tujuh tahunlah keenam aspek perkembangan anak sudah berkembang. Maka beberapa sekolah swasta  menetapkan usia minimal anak masuk SD 7 tahun atau  mendekati.

Berdasarkan penjelasan para ulama,  anak sudah mulai mengenal sholat sebelum usia tujuh tahun, baik dari melihat orang tuanya sholat atau dikenalkan langsung. Artinya bisa jadi sebelum usia tujuh tahun anak sudah memiliki pengetahuan dan kesiapan diri untuk melaksanakan ibadah wajib dalam Islam itu. Begitu juga dengan masuk SD, ada anak yang usianya kurang 7 tahun sudah memiliki kesiapan dilihat dari keenam aspek perkembangannya.

Berkembang atau tidaknya keenam aspek perkembangan anak sangat tergantung dari stimulasi pendidikan yang diperolehnya, terutama dari orang tuanya selaku guru pertama dan utamanya di sekolah pertama dan utamanya yaitu Rumah. Jika orang tua rajin sholat dan memperkenalkan kepada anak, bisa jadi pada usia 6 tahun anak sudah dapat mengerjakan sholat dengan baik. Begitu pun dengan kesiapan masuk sekolah dasar. Jika orang tua sering  memberikan stimulasi pendidikan, bisa jadi anak sudah siap masuk SD walaupun usianya kurang dari tujuh tahun dan belum dapat membaca dan menulis dengan fasih.

Wallahu’alam






Bukan Calistung, Tanda Anak Siap Masuk SD Sama Dengan Kesiapan Belajar Sholat Bukan Calistung, Tanda Anak Siap Masuk SD Sama Dengan Kesiapan Belajar Sholat Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Saturday, June 27, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.