Seminar Nasional Guru TIK 2019 : Computational Thinking, Kurikulum TIK, dan Edukasi 4.0


Foto Peserta Seminar Nasional Guru TIK Bersama Narasumber (Dokumentasi Aa Fajar)
Pada hari ini, Sabtu 18 Mei 2019 Aa Fajar PAUD mengikuti Seminar dan Pelatihan Guru TIK Nasional. Meski bukan guru TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), Aa Fajar PAUD merasa perlu hadir ke acara penting di era milenials itu. Karena pastinya banyak informasi terkini yang dapat dijadikan referensi para guru PAUD dalam menerapkan pembelajarannya.

Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Ikatan Guru TIK PGRI dengan Kampus Syahdan BINUS University. Karenanya tempat pelaksanaannya di Kampus Syahdan BINUS  University, Jl. KH.Syahdan no 9 Kemanggisan Palmerah, Jakara Barat.

Acara yang diikuti oleh guru TIK dari berbagai daerah itu, termasuk dari Gorontalo, berlangsung secara Outsite dan Online melalui Webex. Ada tiga narasumber yang menyampaikan materi terkait pembelajaran Teknologi Informasi.

Pertama, Ibu Evawaty Tanuar, S.Kom, M.Info.Teach. Beliau adalah lulusan S2 Master in IT Strategic Planning, University of Wollongong Australia. Saat ini beliau menjabat sebagai Deputy Dean School of Computer Science BINUS University, dan ketua jurusan TI Kalbis Institut. Terkait PAUD, beliau pernah menjabat sebagai kepala sekolah Playgroup-TK International Tutod Time Surabaya.

Pada acara yang didukung oleh Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia itu, Ibu Eva menyampaikan tentang "Computational Thinking For School Age"  Beliau menyampaikan tentang pentingnya guru untuk membangun kreatifitas berpikir peserta didik.

Apa itu Computational Thinking?. Berikut uraian singkat dari yang beliau paparkan :

Computational thinking (CT) adalah terminology yang sekarang ini digunakan untuk merujuk pada ide dan konsep dalam penerapan berbagai bidang computer science (CS) atau teknik informatika.

CT sebenarnya sudah di perkenalkan pada tahun 1960-an. Dan pada Maret 2006  Computational thinking kembali diperkenalkan oleh Jeanette Wing, menurutnya computational thinking termasuk penyelesaian masalah, merancang sistem dan memahami perilaku manusia dengan mengambarkan konsep dasar kedalam computer science. Pada tahun 2011, Jeannette memperkenalkan definisi baru, yang mana Computational Thinking adalah proses berpikir yang diperlukan dalam memformulasikan masalah dan solusinya, sehingga solusi tersebut dapat menjadi agen pemroses informasi yang efektif dalam menyelesaikan masalah.

Dari uraian tersebut, Computational Thinking didefinisikan. menjadi dua yaitu :
  1. Computational thinking adalah sebuah proses pemikiran, yang terlepas dari teknologi.
  2. Computational thinking adalah metode penyelesaian masaah yang dirancang untuk dapat selesaikan dan dijalankan oleh manusia, computer atau kedua-duanya.
Terkait pembelajaran untuk anak usia dini, Ibu Eva menyampaikan pentingnya guru dan orang tua untuk membangun kreatifitas berpikir anak dengan sering berkomunikasi. Termasuk ketika memberi instruksi, seperti merapihkan ruangan, hendaknya tidak langsung ke inti persoalan. Melainkan memberi arahan dengan pertanyaan yang membuat anak berpikir, seperti "Baju kotor itu tempatnya dimana?".  Seperti pertanyaan-pertanyaan guru PAUD saat memberikan pijakan saat bermain sentra.


Untuk melatih CT anak ada beberapa situs yang menyediakan soal-soal latihan, salahsatunya www.Bebras.org. Dimana Bebras juga merupakan aktivitas ekstra kurikuler yang mengedukasi kemampuan problem solving dalam informatika dengan jumlah peserta terbanyak di dunia. Siswa akan mengikuti kompetisi bebras di bawah supervisi guru, yang dapat mengintegrasikan tantangan tersebut dalam aktivitas mengajar guru. Kompetisi ini dilakukan setiap tahun secara online melalui komputer.

Yang dilombakan dalam kompetisi adalah sekumpulan soal yang disebut Bebras task. Bebras task disajikan dalam bentuk uraian persoalan yang dilengkapi dengan gambar yang menarik, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami soal. Soal-soal tersebut dapat dijawab tanpa perlu belajar informatika terlebih dahulu, tapi soal tersebut sebetulnya terkait pada konsep tertentu dalam informatika dan computational thinking. Bebras task sekaligus menunjukkan aspek informatika dan computational thinking.

Kompetisi Bebras didirikan di negara Lithuania oleh Prof. Valentina Dagiene dari University of Vilnius pada tahun 2004. Kompetisi ini dilaksanakan setiap tahun. Negara yang sudah berpartisipasi mengikuti Bebras ada 50 negara. Pada tahun 2015, jumlah peserta yang mengikuti Bebras mencapai 1,3 juta siswa dari berbagai belahan dunia.

Pemateri kedua, Wijaya Kusumah,M.Pd, seorang Writer, Teacher, Blogger, Motivator, Pembicara Seminar, Simposum PTK dan TIK. Beliau juga Sekjen Ikatan Guru TIK PGRI. Pria yang akrab disapa "Om Jay" ini mensosialisasikan kurikulum dan buku Informatika yang telah disusun oleh tim yang di pimpinnya.

Om Jay menyampaikan tema kurikulum Informatika untuk SD, SMP dan SLTA. Dimana untuk Sekolah Dasar : Pembelajarannya berupa Computing For Fun siswa memakai TIK  dan landasan berpikir komputasional untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Tematik), dan dampak produk TIK kediri siswa. Ditingkat SD kemampuan afektif, motorik lebih dipentingkan ketimbang kognitif (Sama, seperti PAUD).

Baca juga, silakan klik : Belajar Coding Berbasis STEAM

SMP : Pembelajarannya memanfaatkan teknologi, mengalami, mengidentifikasi, mengenal konsep teknologi informasi, dan menghasilkan produk informatika sederhana, dan dampaknya kedirinya dan sekitarnya. Adapun untuk SMA : pembelajaran TIK ditujukan untuk problem solving yang efisien dengan mendalami aspek keilmuan informatika yang lebih abstrak, yang diterapkan melalui produk digital dan aspek sosial.

Pemateri ketiga, Indra Charismadi seorang pengamat dan praktisi pendidikan dengan spesialisaasi pembelajaran abad 21. Saat ini menjabat sebagai Direktur Eksektif Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS).

“Edukasi 4.0” adalah materi yang beliau sampaikan. Sangat luas dan dalam materi pendidikan era digital yang disampaikannya.  Bisa dikatakan beliau sangat detail menjelaskan makna dari perkataan sahabat Nabi Muhammad, yaitu Ali bin Abi Thalib “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu”.

Dunia saat ini telah dipenuhi oleh digital. Hampir seluruh sektor kehidupan telah terdigitalisasi, termasuk di dunia pendidikan. Untuk itu, penting bagi guru untuk merubah cara mengajar, dan menghadapi peserta didiknya. Beliau mengingatkan, keilmuan yang guru ajarkan dapat diperoleh oleh peserta didik dengan sangat mudah di dunia maya. Karenanya guru harus dapat memanfaatkan keadaan tersebut dengan sebaiknya. Tentu, untuk melakukannya guru perlu memiliki pengetahuan tentang informatika.

TOKO BUSANA MULSIM ONLINE LENGKAP

Sekarang adalah era revolusi industri 4.0, maka guru pun harus mengajar sesuai era tersebut. Hindari mengajar menggunakan cara-cara era revolusi 3.0, 2.0. apalagi 1.0.  Hendaknya guru dapat mengajarkan peserta didik untuk memiliki HOTS (Higher Order Thinking Skillas), dimana “Mencipta” atau menghasilkan produk baru merupakan penalaran tertinggi. Dan beliau juga menyinggung tentang pentingnya peserta didik memiliki keterampilan abad 21, yaitu  Critical thinking & doing, Communication, Creativity, dan Collaboration.

Demikian sekilas informasi Pelatihan dan Seminar guru TIK 2019 yang Aa Fajar PAUD ikuti. Semoga bermanfaat.






Seminar Nasional Guru TIK 2019 : Computational Thinking, Kurikulum TIK, dan Edukasi 4.0 Seminar Nasional Guru TIK 2019 : Computational Thinking, Kurikulum TIK, dan Edukasi  4.0 Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Saturday, May 18, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.