Inilah 12 Etika Guru Terhadap Diri Sendiri Menurut Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang Harus Dimiliki Guru PAUD
Etika guru PAUD terhadap diri sendiri merupakan sikap yang
harus dimiliki sebelum mengajarkan berbagai etika kepada peserta didiknya. Karena guru adalah model, dan sebagai
teladan. Apa yang dilihat oleh peserta didik darinya akan mempegaruhi perilaku
peserta didiknya. Terutama guru anak usia dini, dimana sikap dan perilaku seseorang
terbentuk pada usia dini dan sangat dipengaruhi oleh keteladanan.
Seorang tokoh nasional yang terkenal, yaitu Hasyim Asy’ari, memberikan penjelasan tentang
etika yang harus dimiliki oleh seorang yang mengabdikan dirinya di dunia
pendidikan. Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
ini bernama lengkap Muhammad Asyim
Asy’ari. Beliau lahir di Desa Gedang, sekitar dua kilo meter sebelah timur Kota
Jombang Jawa Timur pada 14 Februari 1871 M/24 Dzulqo’idah 1287 H.
Beliau banyak menulis kitab, salah satunya kitab ‘Adabul
‘Alim wal Muta’allim, dalam kitabnya ini Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang
etika seorang guru. Salah satunya adalah etika terhadap diri sendiri. Guru PAUD
juga penting untuk mengetahui, memahami, dan memiliki etika terhadap diri
sendiri ini.
Menurut Hasyim Asy’ari etika seorang guru terhadap diri
sendiri ada dua belas, yaitu :
Pertama, seorang guru harus selalu istiqomah (kontinu) dalam mendekatkan diri (mroqobah) kepada
Allah SWT. Sebab, dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, niscaya setiap doa
yang dipanjatkannya akan dikabulkan oleh Allah SWT, termasuk mendoakan kebaikan
untuk peserta didiknya.
Kedua, seorang guru haruslah menjaga hatinya agar senantiasa
takut (khauf) kepada Allah SWT. Ia harus merasa khawatir terhadap perilaku
kesehariannya yang boleh jadi merupakan suatu kesalahan atau keburukan. Oleh
karenanya, Ia pun harus berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Sebab,
para peserta didik sangat mungkin akan meniru atau mencontoh segala perbuatan
dan perkataan gurunya.
Ketiga, seorang guru harus mampu bersikap tenang. Sikap
tenang dalam menghadapi ragam persoalan, baik ketika di dalam kelas maupun di
luar kelas, merupakan salah satu indikator kedewasaan diri seorang guru.
Sebaliknya, seorang guru yang mudah panik, menjadi gambaran bahwa dirinya merupakan pribadi yang masih
labil secara psikologis. Dan tentu hanya guru yang mampu bersikap tenang yang
dapat memotivasi peserta didiknya dengan mudah.
Baca juga, silakan klik : Inilah Mindet yang Harus Dimiliki Guru PAUD
Keempat, seorang guru harus menjaga kehormatan diri
(wira’i). Ia mesti mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan subhat
(belum jelas halal dan haramnya). Termasuk menjaga diri dari hal-hal yang haram
adalah menjauhi ghibah, berkata bohong, ingkar janji, ghasab (menggunakan
barang orang lain tanpa izin) dan sebagainya. Dan termasuk perkara yang subhat
adalah memakan makanan orang lain tanpa izin peiliknya.
Kelima,seorang guru harus bersikap tawadhu, yaitu rendah
hati. Oleh karenanya, pantang bagi seorang guru, sekalipun ia merupakan seorang
yang sangat ‘alim, menyombongkan dirinya di hadapan orang lain, terutama di
hadapan peserta didik. Ia harus mampu menampilkan dirinya sebagai sosok yang
rendah hati, tidak berharap adanya penghormatan atau pujian dari orang lain.
Keenam, seorang guru harus khusyuk dan berkonsentrasi dalam
beribadah kepada Allah SWT. Dalam Islam
seorang guru bukanlah sekadar sumber ilmu pengetahuan, Ia juga menjadi teladan
dalam hal beribadah kepada Allah SWT. Dalam beribadah, seorang guru harus
selalu khusyuk dan berkonsentrasi. Sebab, hanya ibadah yang demikianlah yang
akan memperolah ganjaran dari Allah SWT.
Ketujuh, seorang guru harus meminta pertolongan hanya kepada
Allah SWT. Artinya, menjadi seorang guru mesti memiliki keyakinan atau keimanan
yang kuat kepada Allah SWT. Dalam berbagai keadaan Ia harus mampu menjadikan
Allah SWT sebagai satu-satunya dzat yang paling layak untuk dimintai pertolongan.
Dan tentunya Ia harus mampu menjaga kualitas keimanannya dengan memperbanyak
amal shalih.
Kedelapan, seorang guru tidak boleh menjadikan ilmunya
sebagai sarana untuk memperolah keuntungan duniawi semata. Seharusnya Ia
menjadikan ilmu sebagai jalan untuk mengabdi kepada Allah SWT. Dalam hal ini, bukan berarti seorang guru harus
melupakan persoalan-persoalan duniawi, melainkan Ia harus memprioritaskan
kepentingan ukhrawi daripada kepentingan duniawi.
Kesembilan, seorang guru harus mampu bersikap zuhud. Dengan
bersikap zuhud ini seorang guru tidak akan mudah terlena terhadap kedudukan dan
harta benda.
Kesepuluh, seorang guru harus dapat menjauhkan diri dari
lingkungan yang negatif. Karena, lingkungan negatif sangat mungkin berpengaruh
buruk terhadap dirinya. Meski demikian, kehadiran guru di tempat yang negatif
bisa saja dibenarkan jika Ia memiliki alasan yang kuat, seperti kepentingan
dakwah atau amar maruf nahi munkar.
Kesebelas, seorang guru harus dapat menjaga syiar-syiar
Islam.Misalnya, Ia senantiasa mengajak orang lain, keluarga, dan peserta
didiknya agar menjaga Sholat wajib secara berjama’ah, menyebarkan salam, amar
maruf nahi munkar, dan bersikap sabar terhadap berbagai musibah, saling tolong
menolong dan sebagainya.
Kedua belas, seorang guru hendaknya merangkum, menyusun dan
menambah keilmuannya dengan melakukan penelitian atau membaca berbagai
referensi. Aktifitas keilmuan seperti ini sangat penting dilakukan oleh seorang
guru, agar Ia menjadi intelektual yang produktif, dan memiliki banyak karya.
Dan tentunya, kinerjanya sebagai seorang guru akan menjadi sangat terbantu
dengan ragam aktifitas kelimuan tersebut.
Baca juga, silakan klik : Inilah Etika Guru PAUD Profesional Menurut Imam Alghazali
Demikianlah uraian singkat tentang etika guru PAUD terhadap
diri sendiri menurut pendiri Nahdatul Ulama tersebut. Meski beliau tidak menyebut
guru PAUD, namun guru PAUD sudah pastinya adalah termasuk seorang pendidik yang
juga beliau harapkan memiliki etika terhadap diri sendiri tersebut. Semoga bermanfaat.
Wallahu'alam
Inilah 12 Etika Guru Terhadap Diri Sendiri Menurut Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang Harus Dimiliki Guru PAUD
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Sunday, May 12, 2019
Rating:
Subhanallah, mantaaaappppp... Semoga para bapak/ibu guru dapat menerapkan 12 etika tersebut, termasuk saya, aamiin.. artikel ini sangat bermanfaat.. izin share ya pak��������
ReplyDeleteSilakan ibu..
ReplyDelete