Pada bulan Agustus tahun ini saya mendapatkan kesempatan
untuk mengajar privat siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD) swasta
cukup terkenal di daerah Jakarta Timur. Orang tuanya meminta saya untuk
mengajarkanya sesuai pelajaran dan buku dari sekolah tersebut.
Sebagai guru PAUD, ini merupakan kali pertama saya mengajar
siswa kelas 1 dengan pelajaran sesuai apa yang diajarkan dan buku yang
diberikan oleh sekolah. Biasanya saya
hanya mengajar baca, tulis, dan berhitung, sesuai kebutuhan siswa kelas 1 SD pada umumnya.
Saya kira pelajaran siswa kelas 1 SD tidak jauh berbeda
dengan anak PAUD/TK, apalagi pembelajaran mereka sama menggunakan tematik.
Kalaupun berbeda, hanya pada penekanan mereka lebih tentang pengenalan huruf, suku kata,
kata, dan kalimat, serta angka.
Tetapi, dugaan saya keliru. Saya cukup kaget ketika
mengetahui jumlah buku yang harus mereka pelajari dan isi dari buku bertema
tersebut. Dan yang luarbiasanya dalam satu bulan mereka harus selesai satu
buku, artinya ada 12 buku yang harus diselesaikan dalam setahun. Dan setiap buku ada buku pendamping berisikan soal-soal.
Ini anak kelas 1 SD atau kelas 4 SD?. Masya Allah. Begitulah
kesan pertama saya ketika melihat dan mengetahui buku-buku pelajaran siswa yang masih
tergolong anak usia dini tersebut.
Saya jadi berpikir tentang gagasan larangan untuk guru
PAUD agar tidak mengajarkan membaca dan menulis, dengan alasan usia dini adalah
waktu yang tepat dan baik untuk diperkenalkan nilai-nilai baik agar mereka
tumbuh menjadi pribadi berkarakter baik, maka tidak tepat dan harus dihindari mengajarkan baca tulis kepada anak usia dini.
Gagasan tersebut
berdasarkan pendapat para pakar pendidikan, salahsatnya sebagaimana
yang disampaikan Erikson (Hurlock, 1978) “Masa anak-anak merupakan gambaran
awal manusia sebagai seorang manusia, tempat di mana kebaikan dan sifat buruk
kita, yang berkembang dan mewujudkan dirinya. Dan masa bayi adalah waktu dari
kepercayaan dasar (basic trust), di mana anak belajar memandang dunia ini
sebagai tempat yang aman, dapat dipercaya dan mendidik, atau waktu dari
ketidakperyacayaan dasar (basic trust) di mana anak belajar memandang dunia
sebagai tempat yang penuh bahaya, tidak dapat diramalkan, dan penuh dengan tipu
daya”.
Dan juga pendapat seorang Ulama terkenal, Imam Ghazali, yang menyampaikan pentingnya pendidikan pada usia dini yaitu mengenalkan pembiasaan dalam kebaikan atau keburukan berdasarkan naluri dan fitrahnya. Beliau mengungkapkan jika anak terbiasa pada kebaikan yang diajarkan kepadanya maka akan tumbuh padanya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, jika anak terbiasa pada keburukan dan dibiarkan seperti binatang buas maka ia akan celaka dan hancur. Dan untuk menjaganya adalah dengan cara mengajarkan dan membiasakan ahlak mulia.
Dan juga pendapat seorang Ulama terkenal, Imam Ghazali, yang menyampaikan pentingnya pendidikan pada usia dini yaitu mengenalkan pembiasaan dalam kebaikan atau keburukan berdasarkan naluri dan fitrahnya. Beliau mengungkapkan jika anak terbiasa pada kebaikan yang diajarkan kepadanya maka akan tumbuh padanya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, jika anak terbiasa pada keburukan dan dibiarkan seperti binatang buas maka ia akan celaka dan hancur. Dan untuk menjaganya adalah dengan cara mengajarkan dan membiasakan ahlak mulia.
Secara teori gagasan tersebut benar, bahwa masa usia dini
merupakan waktu yang terbaik dan sangat tepat untuk diajarkan tentang nilai-nilai kebaikan, bukan fokus pada pembelajaran baca dan tulis seperti yang ada di lembaga
pendidikan anak usia dini pada umumnya, baik formal maupun non formal.
Dan saya pun termasuk orang yang mendukung gagasan positif
tersebut. Karenanya, ketika anak saya TK, saya tidak mengajarkannya membaca dan
menulis. Saya hanya memperkenalkannya huruf dan kata dengan metode yang saya
buat sendiri, yaitu metode Mekah (Mengenal Kata Dengan Ramah).
Baca Juga : Tahapan Membaca Anak Usia Dini
Baca Juga : Tahapan Membaca Anak Usia Dini
Sekolah dasarnyapun saya masukan ke lembaga pendidikan yang
kurikulumnya tidak mengikuti diknas serta fokus hanya pada pendidikan adab atau
karakter. Karenanya meski anak saya belum bisa membaca dan menulis ia diterima
di sekolah yang akrab disebut “Kuttab Alfatih” itu.
Kembali ke pelajaran siswa kelas 1 yang privat dengan saya.
Kesimpulannya, pelajaran anak tersebut sangatlah berat, tidak sesuai dengan
usianya dan bertentangan dengan gagasan yang saat ini genjar diterima guru PAUD
yaitu pendidikan pada anak usia dini harus mengajarkan nilai-nilai atau
karakter, bukan pelajaran baca tulis.
Pada akhirnya, berdasarkan pelajaran serta buku siswa kelas
1 SD tersebut, saya menyimpulkan pelajaran baca tulis pada anak usia dini di
lembaga PAUD formal maupun non formal hukumnya wajib. Dan berdosa guru yang
tidak mengajarkannya. Mengapa?.
Karena jika peserta didik tidak diajarkan membaca dan
menulis, ketika kelas 1 SD nanti mereka tidak dapat mengikuti pelajaran. Anak
yang sudah bisa membaca pun belum tentu dapat memahaminya.
Gagasan akan diterima, dan kewajiban guru PAUD mengajarkan
baca tulis akan hilang jika kurikulum kelas 1 SD nya telah dirubah dengan
pelajaran yang sesuai usia dan kebutuhan peserta didik, yaitu membaca dan menulis
jika pelajaran di kelas berikutnya sudah mempersyaratkannya.
Dengan demikian pendidikan pada anak usia dini (PAUD) dapat
fokus pada pelajaran nilai-nilai baik/karakter/ahlak, agar mereka memiliki
kesiapan memasuki pendidikan selanjutnya dengan semangat belajar tinggi karena pada diri sang anak telah tertanam karakter pembelajar. Dan mereka dapat
berinteraksi dengan baik kepada teman-temannya karena pada diri mereka telah tertanam dan tumbuh nilai-nilai sosial seperti, penyayang, pengasih, penolong, toleransi, sabar, jujur, dan berpikir positif.
Dan nilai-nilai positif lainnya, sehingga mereka akan tumbuh
menjadi manusia-manusia berkepribadian positif hingga dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik dan bermartabat
Tetapi, jika kurikulum kelas 1 sekolah dasar masih dapat diikuti hanya oleh siswa yang sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung, guru PAUD wajib mengajarkan peserta
didiknya calistung.
Wallohu'alam
Guru PAUD Wajib Mengajarkan Calistung
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Thursday, September 05, 2019
Rating:
No comments: