Dunia pendidikan anak usia dini
(PAUD), terutama yang formal seperti Taman Kanak-kanak (TK) Swasta, penuh
dengan cerita suka dan duka. Bisa dibilang lebih banyak dukanya, terutama jika mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh diknas pendidikan. Seperti
kegiatan pemilihan guru TK berprestasi.
Pemilihan guru berprestasi
merupakan kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh diknas pendidikan. Kabarnya, kegiatan tersebut sudah
ada sejak penulis belum menjadi guru, mungkin juga sebelum penulis lahir.
Pemilihan guru berprestasi dilakukan
mulai dari tingkat gugus, Kecamatan, Walikota, Provinsi hingga tingkat
Nasional. Pesertanya adalah guru TK
Swasta dan negeri, SD, SMP,SMA. SMK, SLB, dan para pengawas.
Karena rutin, maka para guru
sudah sangat akrab dengan kegiatan kompetisi antarguru itu. Terutama guru TK
Swasta, karena mayoritas TK berstatus
swasta.
Namun, setiap menjelang acara
tersebut atau mendengar pengumuman tentangnya, semua guru TK swasta enggan
mengikutinya. Mereka sangat berharap tidak mengikutinya. Bahkan, dipilihpun
mereka menolak.
Tidak sedikit juga yang bernada
negatif, baik dari yang pernah mengikuti maupun dari yang belum mengikuti. Dan setiap
orang yang mendengar nada-nada tersebut berpotensi menjadi atau langsung antipati.
“Kita guru TK Swasta tidak ngaruh
menang gupres (guru berprestasi) atau tidak. Kalo menang juga emang bisa jadi
PNS, atau naik gaji?”
“Guru berprestasi itu hanya untuk
guru Negeri, mereka kalo menang bisa naik pangkat, lah kalo guru swasta, gak ada gunanya”.
“Udah ngeluarin duit, waktu,
capek nyiapain, terus seandainya menang gupres, guru TK Swasta nggak bakalan
jadi apa-apa ...’
Itulah sebagian senandung negatif atau rumor tentang kegiatan pemilihan guru TK berprestasi. Ketika mendengar kalimat
tersebut, penulis belum pernah mengikuti pemilihan guru berprestasi.
Karenanya, penulis agak terkejut
bercampur bingung ketika sekolah
menunjuk penulis untuk mengikuti kegiatan yang rumornya telah terekam kuat di akal
bawah sadar penulis.
Penulis sempat menolak, dengan
alasan ingin fokus mengerjakan tesis. Namun, Ibu Kepala Sekolah meyakinkan bahwa
tidak ada guru selain penulis yang layak untuk mewakili sekolah dalam pemilihan
guru TK berprestasi tahun 2019 ini.
Maka di dalam kebingungan, dengan
mengucap “Bismillah” penulis mengiyakan mandat tersebut dengan terus berusaha untuk
mengabaikan rumor negatif tentangnya, dan fokus pada hal positif yang ada
padanya.
Panitia penyelenggara pemilihan memberikan banyak persyaratan yang harus dipersiapkan oleh para peserta. Yang
semuanya terkait administrasi pengajaran, pengalaman mengikuti seminar dan
pelatihan, karya tulis, dan prestasi yang pernah dicapai oleh peserta dan
peserta didiknya.
Kesemuanya itu masuk dalam berkas Portofolio yang wajib dibuat oleh peserta.
Selain itu peserta juga diwajibkan membuat “Best Practice” berdasarkan
pengalaman mengajarnya. Semua itu penulis siapkan, dan buat, sambil diselingi
mengerjakan tesis dan tugas sekolah lainnya.
Baca : Best Practice Aa Fajar
Baca : Contoh Portofolio Guru
Baca : Best Practice Aa Fajar
Baca : Contoh Portofolio Guru
Tidak sedikit biaya yang
dikeluarkan (untuk guru TK Swasta tentu uang berapapun nominalnya sangatlah
berharga), dan tidak sebentar waktu yang digunakan untuk mempersiapkan
persyaratan terutama mempersiapkan referensi untuk membuat best practice, dan
membekali diri dengan ilmu agar siap saat mengikuti tes tertulis dan wawancara.
Dan mau tidak mau, peserta juga harus meninggalkan kewajiban mengajarnya untuk mengikuti rangkaian seleksi yang telah ditentukan panitia, yaitu tes tertulis, pemeriksaan portofolio, presentasi best practice dan wawancara.
Dan suka tidak suka, peserta harus mengikuti tes tertulis dengan menjawab 100 soal pilihan ganda yang jika diibaratkan belajar ilmu tajwid soal-soal tersebut adalah teori yang hukumnya fardhu kifayah untuk diketahui, namun fardhu ain untuk dipraktekkan. Bahkan lebih luas keilmuannya setelah berhadapan langsung dengan peserta didik, orang tua, dan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah.
Serta mampu tidak mampu, untuk pemeriksaan portofolio peserta harus membawa berkas administrasi dan media pembelajaran bertumpuk-tumpuk. Ada yang menggunakan kontener dorong, ada juga yang menggunakan koper mirip orang hendak pergi ke luar negeri. Padahal, sekarang adalah era digital. Segalanya bisa menjadi simple hanya dengan menggunakan satu flasdisk, atau CD, atau video. Atau penyimpanan data lainnya yang bisa dilihat pada gawai dengan sekali sentuh, seperti google drive.
Pemeriksaan portofolio ini menjadi tahap penyeleksian yang membingungkan. Pasalnya, setiap lembaga TK swasta memiliki kebijakan tersendiri terkait administrasi yang harus dibuat oleh guru. Sementara juri hanya berpatokan pada aturan penilaian yang dibuat diknas selaku penyelenggara pemilihan guru berprestasi. Sepertinya mereka lupa tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Karenanya, di tingkat Walikota penulis saksikan saat pemeriksaan portofolio banyak terjadi adu argumentasi antara peserta dengan juri. Karena keputusan juri tidak bisa diganggu gugat, akhirnya peserta hanya pasrah dengan raut muka tidak bersahabat.
Dan mau tidak mau, peserta juga harus meninggalkan kewajiban mengajarnya untuk mengikuti rangkaian seleksi yang telah ditentukan panitia, yaitu tes tertulis, pemeriksaan portofolio, presentasi best practice dan wawancara.
Dan suka tidak suka, peserta harus mengikuti tes tertulis dengan menjawab 100 soal pilihan ganda yang jika diibaratkan belajar ilmu tajwid soal-soal tersebut adalah teori yang hukumnya fardhu kifayah untuk diketahui, namun fardhu ain untuk dipraktekkan. Bahkan lebih luas keilmuannya setelah berhadapan langsung dengan peserta didik, orang tua, dan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah.
Serta mampu tidak mampu, untuk pemeriksaan portofolio peserta harus membawa berkas administrasi dan media pembelajaran bertumpuk-tumpuk. Ada yang menggunakan kontener dorong, ada juga yang menggunakan koper mirip orang hendak pergi ke luar negeri. Padahal, sekarang adalah era digital. Segalanya bisa menjadi simple hanya dengan menggunakan satu flasdisk, atau CD, atau video. Atau penyimpanan data lainnya yang bisa dilihat pada gawai dengan sekali sentuh, seperti google drive.
Pemeriksaan portofolio ini menjadi tahap penyeleksian yang membingungkan. Pasalnya, setiap lembaga TK swasta memiliki kebijakan tersendiri terkait administrasi yang harus dibuat oleh guru. Sementara juri hanya berpatokan pada aturan penilaian yang dibuat diknas selaku penyelenggara pemilihan guru berprestasi. Sepertinya mereka lupa tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Karenanya, di tingkat Walikota penulis saksikan saat pemeriksaan portofolio banyak terjadi adu argumentasi antara peserta dengan juri. Karena keputusan juri tidak bisa diganggu gugat, akhirnya peserta hanya pasrah dengan raut muka tidak bersahabat.
Terkait pendanaan, transportasi, dan akomodasi selama mengikuti rangkaian seleksi tersebut penulis dibantu oleh pihak sekolah.
Alhamdulillah Kepala Sekolah dan rekan-rekan sangat mendukung penulis mengikuti
tahap demi tahap kegiatan pada ajang tersebut. Sedangkan peserta dari TK swasta yang minim anggaran dan dukungan harus rela berkorban sendiri, dan tidak sedikit dari mereka yang mengeluh saat seleksi hingga berharap tidak terpilih agar tidak lanjut ke tingkat selanjutnya yang tentu akan memerlukan pengorbanan lagi.
Aneh memang, karena pada umumnya orang akan bahagia jika terpilih mewakili lembaga atau daerahnya untuk mengikuti ajang kompetisi resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah, namun penulis tidak temukan itu pada guru TK swasta ketika mengikuti pemilihan guru berprestasi. Rendahnya minat guru TK swasta terlihat jelas saat di tingkat Kecamatan, hanya ada tiga peserta, itupun semuanya hadir bukan dari keinginan sendiri.
Aneh memang, karena pada umumnya orang akan bahagia jika terpilih mewakili lembaga atau daerahnya untuk mengikuti ajang kompetisi resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah, namun penulis tidak temukan itu pada guru TK swasta ketika mengikuti pemilihan guru berprestasi. Rendahnya minat guru TK swasta terlihat jelas saat di tingkat Kecamatan, hanya ada tiga peserta, itupun semuanya hadir bukan dari keinginan sendiri.
Singkatnya, penulis ikut pemilihan guru
berprestasi tahun ini, dan Alhamdulillah pada tingkat Kecamatan penulis terpilih sebagai guru TK
berprestasi dan berhak melanjutkan ke tingkat Walikota. Dan Alhamdulillah pada
tingkat Walikota penulis juara 1 sehingga
berhak melanjutkan ke tingkat Provinsi. Dan Alhamdulillah pada tingkat Provinsi penulis mendapatkan juara 2.
Baca : Pemilihan Guru Berprstasi 2019 Provinsi DKI Jakarta
Baca : Pemilihan Guru Berprstasi 2019 Provinsi DKI Jakarta
Pada tingkat kecamatan penulis
hanya mendapatkan sertifikat penghargaan
sebagai guru berprestasi tingkat kecamatan. Di tingkat walikota penulis
hanya mendapatkan sertifikat dan tropy penghargaan sebagai guru berprestasi
tingkat kota. Dan pada tingkat Provinsi penulis tidak mendapatkan apa-apa,
ucapan terimakasih atau selamat sebagai juara 2 dari suku dinas pendidikan DKI
pun tidak, hanya piagam penghargaan dari bapak Walikota Jakarta Timur yang diserahkan pada hari Kamis 19 September
2019.
Alhasil, antara pengorbanan
waktu, tenaga, pikiran, dan materi, tidak sebanding dengan hasil yang
diperoleh. Apalah arti selembar sertifikat bagi guru TK Swasta, dan apalah
manfaat tropy bagi sekolah maupun guru TK swasta?
Aa Fajar Bersama Penerima Penghargaan Lainnya Berfoto Bersama Walikota Jakarta Timur |
Hanya kenangan, tidak lebih.
Namun, alangkah lebih baik dan bermanfaat jika waktu, tenaga, pikiran, dan
materi yang dikeluarkan untuk menciptakan kenangan bermakna bersama peserta
didik yang memang usia mereka sangat membutuhkan nilai kebermaknaan tersebut.
Dari pengalaman mengikuti
pemilihan guru TK berprestasi tahun 2019 ini, penulis menemukan kebenaran dari rumor negatif tentang pemilihan guru TK
berprestasi. Artinya, rumor para guru itu benar adanya, bukan isu atau hoax.
Dan dapat disimpulkan bahwa guru TK swasta tidak perlu mengikuti kegiatan yang
menguras waktu, dana, tenaga, dan pikiran tersebut. Lebih baik fokus mendidik, membuat dan memberikan kegiatan-kegiatan yang
bermakna untuk peserta didik sesuai visi-misi lembaga.
Karena hasil nyata yang
diterima guru TK Swasta atau sekolah jika terpilih sebagai guru berprestasi
baik di tingkat kecamatan, walikota, dan Provinsi, tidak ada.
Jika guru PNS bisa mendapatkan kenaikan pangkat, dipromosikan jadi Kepala Sekolah, seharusnya ada jugalah penghargaan serupa meski tak sama untuk guru TK Swasta, misal dipromosikan jadi PNS atau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, atau ada uang pembinaan. Atau pemberian nyata lainnya yang dapat memotivasi guru untuk terus mengembangkan dirinya.. Sehingga guru TK swasta tertarik dan bersemangat mengikuti pemilihan guru berprestasi.
Jika guru PNS bisa mendapatkan kenaikan pangkat, dipromosikan jadi Kepala Sekolah, seharusnya ada jugalah penghargaan serupa meski tak sama untuk guru TK Swasta, misal dipromosikan jadi PNS atau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, atau ada uang pembinaan. Atau pemberian nyata lainnya yang dapat memotivasi guru untuk terus mengembangkan dirinya.. Sehingga guru TK swasta tertarik dan bersemangat mengikuti pemilihan guru berprestasi.
Begitulah pemilihan guru TK
berprestasi di daerah penulis : (1) Rendahnya minat guru TK swasta mengikuti kegiatan itu. (2) Guru mengeluarkan dana sendiri meski mewakili Kecamatannya atau Kotanya. (3) Tes tertulis yang teoritis dalam bentuk pilihan ganda. (3) Pemeriksaan portofolio yang tidak simple. (4) Rendahnya dukungan dan apresiasi yang diberikan dinas pendidikan setempat terhadap guru yang terpilih baik di tingkat Kecamatan, Walikota, maupun Provinsi.
Bagaimana pemilihan guru berprestasi di daerah para pembaca sekalian, adakah hasil nyatanya untuk guru TK swasta?.
Dan menurut pembaca yang budiman perlukah guru TK Swasta ikut pemilihan guru berprestasi?
Wallohu'alam
Bagaimana pemilihan guru berprestasi di daerah para pembaca sekalian, adakah hasil nyatanya untuk guru TK swasta?.
Dan menurut pembaca yang budiman perlukah guru TK Swasta ikut pemilihan guru berprestasi?
Wallohu'alam
Pemilihan Guru Berprestasi, Perlukah Guru TK Swasta Ikut?
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Thursday, September 19, 2019
Rating:
No comments: