Inilah Aksi Baik Guru PAUD Ismawarni yang Mengantarkannya Menjadi Nominator Ibu Ibu Kota Awards 2019
Menghadirkan suasana ligkungan
sekitar yang humanis dan harmonis itulah tujuan dari langkah minimalis
Ismawarni wanita asal Kudus yang berlatar belakang pendidikan Akademi
Sekertaris. Meski tujuan tersebut tidak terucap, namun tergambar jelas dari
cerita yang disampaikannya kepada Aa Fajar PAUD saat mewawancarainya pada hari
Minggu 10 November 2019 di kediamannya.
Ibu Ismawarni merupakan aktifis
dan praktisi pendidikan anak usia dini (PAUD). Kepeduliannya terhadap pendidikan
anak usia dini di lingkungannya sangatlah tinggi. Dimulai pada tahun 2005, atas
dorongan suami tercinta, ia mengumpulkan anak usia dini dari keluarga tidak
mampu untuk bersekolah di PAUD yang didirikannya.
Bangunan yang digunakan sebagai
PAUD adalah rumah tinggal beliau sendiri. Di atas tanah 330 meter persegi itu
ia bersama rekan-rekan guru lainnya mengajar anak-anak usia dini dari kalangan
ekonomi bawah. Bukan hanya anak-anak, orang tuanya pun beliau bimbing melalui
program parenting yang wajib diikuti para orang tua setiap sebulan sekali.
PAUD yang menggratiskan uang
bayaran bagi kalangan tidak mampu itu beliau beri nama “Melati”. Dengan
keterbatasan, baik dari ilmu kependidikan maupun finansial, di dalam rumah yang
beralamat di Jl. Dr Semeru II No. 64 RT 01/ RW 09 Grogol Petamburan Jakarta
Barat itu sebanyak 135 anak usia dini dididiknya dengan cinta kasih.
Karena ketulusan dan ketekunannya
mengajar dan mendidik anak usia dini dari kalangan kurang mampu itu, wanita
yang akrab disapa Mamih Isma itu pada
tahun 2011 mendapatkan kepercayaan dari seorang donatur bernama Ibu Ayu untuk
menyalurkan dana ke anak-anak kurang mampu yang berada di sekitar rumah
tinggalnya. Bermodal kepercayaan itulah ia mendirikan TAS (Taman Anak
Sejahtera) dan rumah belajar bagi anak kurang mampu.
Namun sayang hanya setahun Ibu
Ayu memberikan donasinya, karena ia harus keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan
S2. Meskipn demikian Mamih Isma tetap melanjutkan pendidikan anak-anak yang
berada di TAS.
Ada pelajaran berharga yang Mamih Isma peroleh dari kegiatan TAS itu, yaitu ia menjadi banyak tahu
tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sebabnya, pada program TAS itu ada 12
anak berkebutuhan khusus yang mendaftar. Ia sangat prihatin melihat keadaannya,
karena orang tua mereka memiliki keterbatasan ekonomi dan informasi tentang ABK
sehingga tidak dapat memberikan penanganan yang tepat ke anaknya.
Keprihatinan itu mendorong Mamih
Isma untuk bertanya kepada beberapa ahli termasuk pihak Rumah Sakit Jiwa kala itu.
Karena melihat Mamih 4 anak tersebut tulus berniat membantu sesama maka pihak
Rumah Sakit Jiwa, yang sekarang bernama RSJ.Dr. Soeharto Heerdjan, mau membantu
memberikan terapi kepada 12 ABK itu hanya dengan mempersyaratkan surat
keterangan tidak mampu yang dikoordinir oleh Mamih Ismi. Maka sampai saat ini
di PAUD Melati yang dirikannya masih menerima anak berkebutuhan khusus.
Meski usia Mamih Isma sudah tidak
muda lagi, namun semangat untuk menghadirkan suasana lingkungan sekitar yang
humanis dan harmonis tidak kalah semangatnya dengan anak muda. Bahkan, bisa
dikatakan anak muda kalah semangatnya dengan beliau. Salah satunya semangat
dalam menuntut ilmu, karena beliau menyadari latar belakang pendidikannya yang
bukan pendidikan PAUD dan pentingnya mendidik dengan ilmu, maka ia selalu
mengikuti pelatihan, seminar, dan workshop tentang pendidikan anak. Dan beliau
sangat senang menghadiri parenting.
Bermodal ilmu dari pelatihan yang
diikutinya itulah ia perlahan memperbaiki metode pengajaran di PAUD yang
didirikannya. Seperti, cara berkomunikasi kepada anak, cara mengenalkan huruf
tanpa mendriling seperti di tempat les baca tulis pada umumnya, dan membentuk
karakter anak, serta menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tumbuh kembang,
dan kebutuhan anak didiknya.
Termasuk para gurunya pun ia
motivasi dan dukung untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Sehingga orang tua
murid pun terkena imbasnya, yaitu pada setiap kegiatan parenting yang menjadi
nara sumber adalah guru dari PAUD Melati sendiri. Sehingga terciptalah sinergi
dalam mendidik antara orang tua dan sekolah.
Mamih Isma Sedang Menjelaskan Fungsi Absen Sentra Kepada Aa Fajar |
Karena semangat Mamih Isma yang
terus belajar, berinovasi, dan berkreatifitas, maka PAUD Melati kini telah
menggunakan metode sentra. Sebuah model pembelajaran yang berasal dari Florida Amerika
Serikat yang biasa disebut “BCCT” (Beyond
Center and Circle Time), sebuah model pembelajaran yang tidak murah dan
mudah untuk dapat diterapkan oleh semua lembaga PAUD.
Metode Sentra adalah model
pembelajaran yang mengunakan serangkaian kegiatan bermain pada satu tempat sebagai
sarana guru mengalirkan materi pembelajaran yang telah direncanakannya. Di PAUD
Melati ada 5 sentra, yaitu Sentra Seni, Persiapan, Balok, Imtaq, dan Bermain
Peran.
Setiap sentra memiliki tujuan
pembelajaran tersendiri, namun saling mendukung untuk menstimulus aspek-aspek perkembangan
pada anak. Seperti di Sentra Persiapan, anak-anak belajar sambil bermain
tentang anngka dan huruf. Kegiatan ini bertujuan untuk menstimulasi
perkembangan bahasa anak. Kemampuan bahasa juga dapat terstimulus pada kegiatan
di sentra bahan alam, imtaq,seni, dan balok.
Mamih yang berstatus Nenek 5 cucu
itu menyadari bahwa pendidikan anak usia dini haruslah berkualitas. Dan lembaga
PAUD yang berkualitas haruslah didukung dengan sarana prasarana yang memadai,
serta guru yang profesional. Karena itu beliau berusaha mencari dukungan dari organisasi
yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
Maka karena kegigihan dan
ketulusannya ia berhasil mendapatkan informasi tentang CSR (Corporate Social Responsibility) yaitu
sebuah program dari perusahaan atau organisasi sebagai tanggung jawabnya
terhadap sosial serta lingkungan sekitar perusahaan itu berdiri. Lalu Mamih
yang telah menjabat Ketua HIMPAUDI (Himpunan Pendidik Anak Usia Dini Indonesia)
Jakarta Barat dua periode itu mencoba mengajukan proposal pada salah satu
perusahaan dan Alhamdulillah PAUD Melati berhasil mendapatkan bantuan untuk
memperbaiki sarana dan prasarananya.
Tidak hanya CSR. Ia pun berhasil mendapat dukungan dari Save the Children sebuah organisasi Internaional
yang mempromosikan hak-hak anak, menyediakan bantuan dan mendukung anak-anak di
negara-negara berkembang. PAUD Melati akan dijadikan sekolah Model oleh Save the Children, karena itu para
gurunya dikirim ke Bandung untuk belajar selama satu pekan di Sekolah Pelopor
salah satu sekolah model Save the
Children.
Saat ini di PAUD Melati ada 75
anak dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari usia 2-3 tahun (Setara Toddler), 3-4
tahun (Setara Kelompok Bermain), 4-5 tahun (Usia TK A), dan 5-6 tahun (Usia TK
B).
Satu hal yang juga menarik dari
PAUD Melati adalah tentang kenyamanan gurunya. Sangat terlihat guru sudah
terasa seperti di rumah sendiri. Penulis mewawancarai beliau pada hari
Minggu,namun padahari libur itu ada guru yang datang hanya sekadar untuk mandi
dikarenakan air pam dirumahnya mati. Mamih Isma menyampaikan, bahwa ia memang
membebaskan para guru untuk makan, bahkan tidur di sekolah yang tidak lain
adalah rumah beliau sendiri.
Karena kegigihan dan ketulusannya
memperjuangkan pendidikan untuk anak usia dini, maka Mamih yang berusia 63
tahun itu terpilih sebagai salah satu Nominator Ibu Ibu Kota Awards 2019,
sebuah apresiasi yang diberikan kepada perempuan penggerak di DKI Jakarta, yang
melakukan #AksiHidupBAIK dengan memberikan perhatian sukarela dalam bidang
pemberdayaan kesejahteraan keluarga, kesehatan, pelestarian lingkungan,
pengembangan kerajinan, dan pendidikan orang tua serta anak usia dini.
Ibu Ibu Kota Awards adalah ajang
yang di inisiasi oleh empat oragnisasi yaitu Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekrasnada), Yayasan Kanker
Indonesia (YKI), dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi DKI Jakarta.
Itulah cerita singkat tentang Mamih Ismawarni dalam
menghadirkan suasana lingkungan sekitar yang humanis dan harmonis di DKI
Jakarta, dan tentunya beliau tidaklah sendiri. Untuk itu ikuti cerita #AksiHidupBaik lainnya
di akun youtube dan Instagram @ibu.ibukota.
Inilah Aksi Baik Guru PAUD Ismawarni yang Mengantarkannya Menjadi Nominator Ibu Ibu Kota Awards 2019
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Monday, November 11, 2019
Rating:
sangat menginspirasi
ReplyDeleteTerimakasih Aa Fajar
Masya Alloh
ReplyDeleteSemoga lancar selalu usaha Mamih Isma
Sangat jarang orang yg begitu perduli dgn pendidikan anak usia dini terutama anak2 berkenutuhan khusus. Berkah se;a;u Mamih isma
Exsis trus mamih...selamat berjuang demi menghasilkan out put yg hebat
ReplyDeleteterus berkarya Mamih isma, sehat selalu, semoga terpilih menjadi Ibu Ibu Kota Awards 2019
ReplyDeletePenulis dan yg ditulis Sama2 menginspirasi, keren.
ReplyDeletePenulis dan yg ditulis Sama2 menginspirasi, keren.
ReplyDelete