Anak adalah amanah dan anugerah dari Allah SWT. Orang tua
berkewajiban untuk mendidiknya, merawat, dan mengasuhnya. Untuk mendidik, orang
tua berkewajiban memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Dan sebaik-baik
pendidikan adalah di rumah dengan orang tua sebagai guru terbaiknya.
Namun, tidak semua orang tua bisa mengajar dan mendidik
anaknya di rumah, terutama mereka yang berkerja. Mereka bertemu anak hanya di
pagi dan malam hari, serta pada saat libur. Sehingga kalaupun bisa mendidik dan
mengajar, pastinya tidak maksimal. Selain persoalan waktu, orang tua juga
terkendala pengetahuan yang terbatas. Karenanya mereka perlu mitra untuk
mendidik anak-anaknya.
Sebaik-baik mitra dalam mendidik anak adalah sekolah. Dalam
dunia pendidikan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sekolah lah
tempat anak memperoleh ilmu pengetahuan, bersosialisasi, mengembangkan bakat
dan keterampilan, membentuk karakter, serta menambah wawasannya.
Orang tua yang memiliki anak usia dini, dapat bermitra
dengan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) baik formal (TK/RA) maupun non
formal seperti KB dan SPS. Di PAUD anak akan mendapatkan stimulasi pendidikan
agar perkembangan jasmani dan rohaninya berkembang sehingga anak memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Baca Juga : Bukan Calistung Tanda Anak Siap Masuk SD
Sebagaimana yang sudah disampaikan bahwa sekolah adalah
mitra mendidik dan lingkungan kedua anak setelah keluarga. Dengan kata lain,
sekolah merupakan miniatur keluarga. Di keluarga ada ayah, ibu, dan anak. Maka
di sekolah pun hendaknya seperti itu, ada figur ayah dan ibu.
Terutama untuk anak usia dini, dimana mereka sedang dalam masa
pertumbuhan dan butuh figur yang dapat dilihat dan membersamai proses
tumbuh kembangnya. Karena anak juga adalah seorang pengamat yang ulung, apa
yang dilihatnya akan ditirunya dan mempengaruhi kepribadiannya. Jika kepribadian ayah dan ibu
yang dilihat baik, maka kelak anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Untuk itu lembaga PAUD ideal sebagai mitra orang tua dan lingkungan
kedua anak adalah PAUD yang di dalamnya ada guru laki-lakinya, bukan hanya guru
perempuan. Sebagaimana umumnya di PAUD hanya para perempuan yang menjadi
gurunya, dikarenakan masih sangat sedikit laki-laki yang mengabdi di dunia
pendidikan anak usia dini.
Padahal kehadiran figur seorang ayah di sekolah sangatlah
penting, apalagi di rumah ayah sangat jarang membersamai anaknya. Dikarenakan
ayah harus berkerja mencari nafkah. Bahkan ada anak yang sudah tidak memiliki
ayah, ada yang sudah meninggal dan ada juga karena kedua orang tuanya sudah
berpisah. Disinilah pentingnya guru laki-laki sebagai figur ayah di sekolah,
yang berperan sebagai pengganti atau pelengkap peran ayah yang kurang di rumah.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa ketidakhadiran figur ayah
di keluarga sejak anak masih kecil berpengaruh pada perkembangan sosial
emosional anak. Anak akan memiliki kecenderungan berperilaku agresif , mudah
marah, dan pemurung. Keadaan sosial emosional seperti itu akan berkurang
seiring dengan kehadiran dukungan sosial yang diberikan keluarga dan lingkungan
positif tempat anak beraktifitas, seperti sekolah.
Bagi anak laki-laki ayah adalah sebuah figur utama atau role
model. Figur yang menjadi pahlawan di keluarga dan gambaran seorang laki-laki
pemberani, tangguh, kuat, dan berwibawa. Ayahlah orang pertama yang memberikan
pendidikan tentang kelaki-lakian, bagaimana sejatinya seorang laki-laki berperan
dalam kehidupan.
Dan bagi anak perempuan, ayah bagaikan cinta pertamanya.
Orang yang memberikan kekuatan untuk menghadapi masalah. Penelitian
mengungkapkan bahwa rata-rata perempuan mencari pasangan yang seperti ayahnya.
Hal tersebut dikarenakan mereka telah memiliki pengalaman positif bersama
ayahnya dan menginginkan pengalaman tersebut terulang saat dirinya berkeluarga.
Sekolah adalah mitra dan lingkungan kedua anak, serta
bagaikan miniatur keluarga. Lembaga PAUD yang ada guru laki-lakinya maka layak
disebut sebagai miniatur keluarga. Karena di dalamnya ada figur ayah dan ibu.
Memang sangat jarang PAUD yang ada guru laki-lakinya.
Seperti di TK tempat penulis mengabdi guru laki-laki hanya
satu yaitu penulis sendiri. Penulis mengajar di kelompok B, guru di kelompok
akhir tersebut ada 6 guru dengan tiga kelas. Kelima guru lainnya adalah
perempuan. Di tempat kami menggunakan merode sentra dengan sistem moving class.
Guru TK Islam PB Soedirman Kelompok B, Aa Fajar Paling Ganteng |
Karena setiap kegiatan sentra berganti guru, termasuk dengan
guru kelompok A yang juga berjumlah 6 orang dan perempuan semua, maka semua
anak kenal dengan semua pendidik. Dan guru pun mengenal dan mengetahui keadaan
semua anak.
Sehingga ketika ada anak “bermasalah” kami saling
berkomunikasi. Ibu-ibu berbicara dengan karakter keibuannya. Dan penulis
menyampaikan pemikirannya juga sesuai dengan karakter kelaki-lakian. Begitu
juga saat menghadapi anak, seperti anak tantrum atau marah-marah. Penulis menanganinya
dengan figur ayah yang berwibawa.
Singkatnya, kami saling berkerja sama dan saling melengkapi
layaknya sebuah keluarga. Tetapi, karena figur ayah hanya satu dan figur Ibu
lebih dari satu,maka ada yang mengatakan seperti “Keluarga Poligami”.
Tidak apa-apa mirip “Keluarga Poligami”, daripada “Keluarga
Yatim” dikarenakan tidak adanya figur ayah. Dan PAUD memang harus menjadi
seperti “Keluarga Poligami”, syukur-syukur tidak. Seperti TK tempat penulis
pernah mengabdi (TK Aljannah) guru laki-lakinya lebih dari satu, sehingga sangat banyak figur
ayah dengan berbagai karakter.
Dan menurut penulis pemerintah harus mendorong, mendukung,
agar laki-laki mau mengabdi di dunia pendidikan anak usia dini. Misal, dengan
memberikan tunjangan khusus kepada guru PAUD laki-laki. Sebagaimana kita
ketahui, kesejahteraan guru PAUD sangat jauh dari hidup sejahtera. Inilah yang
menjadi sebab enggannya laki-laki menjadi guru PAUD. Padahal sangat penting
sekali hadirnya laki-laki di PAUD sebagai pengganti atau pelengkap peran ayah
di rumah.
Wallahu'alam.
PAUD Poligami, Harus Itu dan Perlu Didukung Terutama Oleh Pemerintah Demi Kebaikan Anak Bangsa
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Sunday, June 28, 2020
Rating:
😉😁
ReplyDelete😉😁
ReplyDeletebISA aja yg bilang ky poligami..hahahhaa
ReplyDeleteYg nulis jg, mantap.
Wah mantap tuh poligami☁😊☁☁😊☁😁☁
ReplyDelete☁😊☁☁😊☁☁☁
☁😊😊😊😊☁😊☁
☁😊☁☁😊☁
☁😊☁☁😊☁😊☁ mantap tuh poligaminya
Bagus sekali yang menulis
ReplyDeleteAq baru baca judul nya aja sdh jidatku langsung berkert emang penulis mau poligami ya....
ReplyDeleteEmang nya kurang 4 bidadari d rumah...
pasti ini bunda nunung 😁😁😁😁
Delete