What’s Wrong, What’s Right

 


Ketika saya mengikuti International Conference on the Future of Education (InConFed ke 2) di Penang Malaysia. Saat Istirahat, sambil menikmati hidangan Hotel Bintang 5, saya ngobrol dengan salah satu peserta dari Amerika Serikat. Katanya mayoritas orang tua lebih suka mengatakan "What’s wrong with you?” dari pada “What’s right with you?” kepada anaknya.

Dia mengungkapkan ada penelitian pada tahun 2000an dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada orang tua  di USA “ketika anak anda pulang dari sekolah membawa hasil ujian dari tiga mata pelajaran dengan masing-masing nilai 10, 7, dan 5. Nilai mana yang paling berhak mendapat perhatian?.”

Para orang tua di USA  memberikan jawaban dan hasilnya 77%  perhatian terbesar pada nilai 5 dan hanya ada 7 orang yang perhatian pada nilai 10. Artinya mayoritas orang tua lebih memperhatikan kekurangan anaknya daripada kelebihannya.

Saya teringat obrolan itu, karena beberapa hari ini banyak orang tua yang curhat tentang kondisi anaknya yang hendak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Curhatan mereka menggambarkan keadaan diri yang mirip dengan para orang tua yang diceritakan peserta seminar Internasional pendidikan di Penang yang saya ikuti selama lima hari di tahun 2018 silam itu.

Mayoritas orang tua, semoga kita tidak termasuk di dalamnya, khawatir dengan kekurangan anaknya pada mata pelajaran atau skill tertentu. Ironisnya mereka menganggap anaknya bodoh. Celakanya, untuk menutupi kekurangan anaknya itu mereka “memaksa” anaknya mengikuti berbagai les yang pada dasarnya tidak disukai oleh anak. Kalau anak suka pasti nilai ujiannya bagus.

Hanya sedikit orang tua, semoga kita termasuk yang sedikit ini, yang melihat kelebihan yang ada pada anaknya dan mengabaikan kekurangannya. Mereka sadar setiap anak adalah unik, memiliki kelebihan tersendiri, dan durasi kesuksesan yang berbeda. Orang tua seperti ini  faham bahwa ikan tidak bisa diajarkan terbang apalagi manjat pohon, atau berlari seperti kuda.

Orang tua yang melihat kelebihan pada anaknya sangat faham dan mengimani bahwa sang pencipta tidak memberikan “Wrong”  (kekurangan) semata pada diri anaknya, melainkan ada  “Right” (kelebihan), sebuah potensi yang setiap individu berbeda. Sebagaimana firmannya :

قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلًا

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaanya masing-masing.”Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS.Al-Isra Ayat 84).

Semoga kita termasuk orang tua yang bangga dengan kelebihan anaknya pada bidang olahraga, tata boga, seni, atau agama walau nilai matematika, Bahasa Inggris, dan lainnya rendah. Bukan orang tua yang galau karena anaknya pada kelas 1 SD belum bisa baca, tulis, dan berhitung.


Wallahu’alam

5 Syawal 1444 H/26 April 2023

Kelapa Dua Wetan 10/11/49 Ciracas Jakarta Timur

(Fajar,M.Pd. Akun Youtube, IG, Tikto : Aa Fajar Paud, Blog ; www.aafajarpaud.com)

What’s Wrong, What’s Right What’s Wrong, What’s Right Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Wednesday, April 26, 2023 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.