Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada tahun ajaran
2019-2020 telah berakhir, namun itu merupakan awal dari perjuangan para guru
untuk mendidik peserta didik yang diamanahkan kepadanya. Terutama para guru
PAUD, baik formal maupun non formal.
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah pada hakikatnya bukan semata
memperkenalkan peserta didik dengan lingkungan sekolah, melainkan juga guru
mengenal karakteristik para peserta didiknya. Di pendidikan anak usia dini guru
mengetahui karakteristik peserta didiknya merupakan hal yang utama dan penting.
Mengetahui keadaan peserta didik menjadi modal utama guru dalam
membuat kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakterisitik, tahapan
perkembangan, dan kebutuhan peserta didik.
Ketika masa pengenalan lingkungan sekolah pada pendidikan anak usia
dini (PAUD) guru sudah dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya, terutama
pada aspek perkembangan sosial emosionalnya. Ada anak yang sudah nyaman
berinteraksi dengan lingkungan, teman, dan guru barunya, ia tidak terlihat
khawatir dan bersedih meski orang tuanya tidak mendampinginya.
Ada juga anak yang ditinggal orang tuanya tidak bersedih, hanya
terlihat sedikit khawatir. Pandangannya sesekali ke luar kelas seperti ada yang
dicari. Dan sesekali ia memanggil orang tuanya, atau menyatakan keinginannya
bertemu dengan orang tuanya kepada gurunya.
Ada juga anak yang takut dengan lingkungan barunya, ia ungkapkan
rasa takutnya dengan menangis. Rasa ingin bertemu dengan orang tuanya sangat
kuat, hal itu karena dirinya belum nyaman dengan lingkungan barunya.
Dan ada juga anak yang sudah sangat nyaman dan tertarik dengan
lingkungan barunya, karena nyamannya ia ingin mengeksplorasi semua benda yang menarik
baginya sehingga tubuh mungilnya terus bergerak, memegang, melihat, mengamati,
dan terkesan “merusak” benda baru yang ditemuinya. Ada juga yang menyakiti
orang lain yang seusianya.
Begitulah keadaan peserta didik anak usia dini yang ditemui para guru saat MPLS. Itulah tahapan perkembangan sosial emosional yang menjadi
referensi para guru dalam menyusun, membuat, dan mengevaluasi pembelajaran
dengan tujuan agar perkembangan sosial emosional anak pada semester satu ini menjadi lebih baik. Mereka yang belum mengenal
aturan menjadi tahu memposisikan dirinya, yang belum berani berkomunikasi
menjadi berani bertanya dan menjawab dengan kalimat sederhana, dan yang belum
berani berinteraksi dengan teman sebaya atau gurunya menjadi mau berinteraksi.
Pada MPLS ini juga guru dapat mengetahui tahapan bermain setiap
anak. Kita tahu bermain merupakan aktivitas yang sangat digemari anak bahkan
merupakan kebutuhan dasar mereka. Karenanya pada pendidikan anak usia dini
konsep pembelajarannya menggunakan pendekatan bermain.
Saat MPLS setiap anak jelas terlihat tahapan perkembangan
bermainnya yang juga menunjukkan tahapan aspek perkembangan sosialnya. Seperti
yang diungkapkan Martuti sebagaimana yang dikutip oleh Novi Mulyani dalam
bukunya “Perkembangan Dasar Anak Usia Dini” bahwa perkembangan bermain
mencerminkan tingkat perkembangan sosial anak, yaitu :
Pertama, Unoccupied Play, tahapan dimana anak tidak benar-benar
terlibat dalam kegiatan bermain, ia hanya mengamati kejadian disekitarnya yang
menarik perhatian.
Kedua, Solitary Play, pada tahap bermain ini anak terlihat sibuk
bermain sendiri, dan terlihat tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di
sekitarnya. Di sini anak lebih memusatkan perhatian pada diri sendiri dan tidak
ada usaha untuk berintraksi dengan anak lain.
Ketiga, Onlocker Play, pada tahap ini anak suka mengamati anak-anak
lain yang sedang bermain dan terlibat adanya minat yang semakin besar terhadap
yang diamatinya tersebut.
Keempat, Paralel Play, pada tahap ini anak sudah dapat bermain
bersama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, tetapi tidak berhubungan.
Mereka melakukan hal yang sama, dengan sendiri-sendiri pada saat bersamaan,
tetapi tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Kelima, Associative Play, saat bermain anak belum terlihat kerja
sama, namun sudah ada interaksi, misalnya, saling tukar atau pinjam alat permainan.
Keenam, Cooperative Play, pada tahap ini sudah terlihat adanya
pembagian tugas dan pembagian peran diantara anak-anak yang terlibat dalam
permainan untuk mencapai sesuatu, ini merupakan ciri bermain bersama.
Baca Juga : Inilah Pembelajaran di PAUD Menurut Ibnu Sina
Baca Juga : Inilah Pembelajaran di PAUD Menurut Ibnu Sina
Sebenarnya bukan hanya perkembangan sosial emosional peserta didik
yang dapat diketahui oleh guru pada MPLS, aspek perkembangan lainnya pun dapat diketahui.
Namun, sosial emosional merupakan perkembangan pertama yang harus diketahui dan
diperbaiki oleh guru. Sederhananya, bagaimana anak dapat mengikuti pembelajaran
sementara ia enggan masuk kelas atau masih menangis atau tidak mau berinteraksi
(Unoccupied Play) atau tidak bisa duduk tenang karena tidak dapat mengontrol
diri dan memahami aturan yang ada?.
Karenanya ada beberapa lembaga PAUD baik formal maupun non formal
selama satu semester tidak menerima kunjungan studi banding dari lembaga lain
dan program praktek lapangan Mahasiswa (PPL). Tujuannya, mereka ingin fokus
membentuk sikap sosial emosional peserta didiknya.
Bagaimana dengan lembaga sahabat pembaca sekalian, fokus membentuk sikap sosial emosional peserta didik atau fokus kegiatan calistung?.
Inilah Aspek Penting Anak PAUD yang Diketahui Guru Saat MPLS
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Sunday, July 21, 2019
Rating:
Mantap aa informasinya
ReplyDeleteterimakasih, sangat bermanfaat tulisannya
ReplyDeletesangat menginspirasi, terimakasih pak fajar
ReplyDelete