Jika Anak Adalah Kertas, Wahai Pendidik Engkaulah Pensilnya!!


Sahabat pembaca Aa Fajar PAUD yang budiman, pada hakikatnya kita semua adalah pendidik. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya di rumah. Guru adalah pendidik utama anak-anak yang diamanahkan kepada mereka di sekolah. Dan seorang kakek-nenek juga merupakan pendidik bagi cucu-cucunya.

Karena semua kita adalah pendidik, maka penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami apa arti dan peran seorang pendidik. Dengan memahaminya maka kita akan dapat menjalankan peran kita sebagai pendidik dengan baik.

Apa itu pendidik dan hal apa saja yang harus dilakukan oleh seorang pendidik ?
Dan bagaimana menjadi pendidik yang baik?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita tidak harus kuliah selama 4 tahun sebagaimana para calon guru. Untuk memahami itu kita juga tidak perlu membaca berpuluh-puluh buku pendidikan sebagaimana para guru profesional.

Sebenarnya jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada istilah atau peribahasa yang sering kita dengar, bahkan mungkin sering kita ucapkan. Yaitu "anak bagaikan selembar kertas putih". Artinya, ada yang mengartikan anak tidak memiliki dosa, ada juga yang mengartikan anak itu polos dan orang tuanyalah yang mengisi kepolosan tersebut.

Kedua arti tersebut benar. Anak tidak memiliki dosa, benar, terutama anak usia dini atau anak yang belum baligh. Anak itu polos dan orang tuanyalah yang mengisi kepolosannya juga sangat benar. Dan kedua arti tersebut saling keterkaitan sehingga penting untuk dijadikan pedoman oleh orang tua dan guru dalam mendidik.

"Anak bagaikan selembar kertas" kita sudah tahu itu, namun kita sering lupa bahwa pasangan dari kertas agar terdapat tulisan padanya adalah pensil. Maka jika diibaratkan, orang tua, guru, nenek-kakek adalah pensilnya.


Pensil tidak akan menghasilkan apa-apa di atas kertas jika belum diraut. Begitu juga dengan kita tidak akan dapat mendidik anak-anak kita jika kita belum belajar. Konsekwensi dari orang yang tidak belajar adalah tidak punya ilmu, orang yang tidak berilmu tindakannya tidak sesuai dengan ketentuan sehingga hasilnya berantakan. Sebagaimana pensil yang belum diraut jika digunakan hanya akan menghasilkan kerutan dan robekan pada kertas.

Pensil yang telah dirautpun harus digunakan dengan tekanan yang pas sesuai ketebalan kertasnya. Artinya dalam mendidik hendaknya kita memperhatikan tumbuh kembang dan karakter anak serta hindari mendidik menggunakan paksaan dan kekerasan. Mendidik yang tidak sesuai dengan tumbuh kembang dan karakter anak serta menggunakan paksaan hanya akan merusak anak atau membuat kita stres karena hasil yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagaimana pensil dan kertas, jika saat menulis tekanannya terlalu kuat kemungkinannya ada dua yaitu mata pensilnya yang patah atau kertasnya yang bolong, atau terjadi kedua-duanya.

Mata pensil yang sering digunakan akan tumpul sehingga perlu diraut kembali. Artinya kita sebagai pendidik harus sering-sering mengupgrade keilmuan kita. Terlebih pada zaman digital ini yang keadaannya berubah dengan sangat cepat dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak-anak kita..Maka jangan sampai kita tertinggal informasi atau ilmu-ilmu baru yang relevan dengan perubahan yang ada. Jika cara mendidik kita tidak relevan maka hasilnya tidak maksimal. Sebagaimana pensil, jika tumpul karena tidak pernah diraut hanya akan menghasilkan tulisan yang tidak jelas.

Baca Juga : Proses Untuk Membentuk Anak Berkualitas Tidak Ada di Lembaga PAUD

Pensil harus berpasangan dengan penghapus, dimana penghapus berguna untuk menghapus tulisan yang salah. Artinya seorang pendidik jangan sungkan atau gengsi untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak. Dengan kerendahan hati kita mengajukan permohnan maaf kepada anak akan memberikan pelajaran positif kepada mereka, mneghilangkan kekecewaan dan kesalahan yang berpotensi menjadi perilaku buruk mereka kelak, dan semakin mempererat hubungan batin kita kepada mereka, serta menjadi teladan bagi mereka. Jangan sampai anak-anak kita seperti kertas yang penuh dengan coretan dan kalimat tidak bermakna yang mengotorinya karena tidak pernah dihapus.

Maka, untuk menjadi pendidik yang baik perhatikanlah dengan baik pensil. Bagaimana ia berinteraksi dengan kertas hingga mengasilkan tulisan yang indah, jelas, rapih dan bersih, hingga membuat tertarik setiap orang yang melihatnya.

Wallahu'alam

Aa Fajar 
(Pensil di Rumah dan di Sekolah TK Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur)


Jika Anak Adalah Kertas, Wahai Pendidik Engkaulah Pensilnya!! Jika Anak Adalah Kertas, Wahai Pendidik Engkaulah Pensilnya!! Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Saturday, February 29, 2020 Rating: 5

2 comments:

  1. Woww...keren banget artikelnya, membuat aku ingin lebih dalam lagi menggali ilmu untuk kemajuan anak fisikku!

    ReplyDelete

Powered by Blogger.