Simple Best Practice : Sehari Menjadi Guru Sentra Messy Play


Simple Best Practice

Sehari Menjadi Guru Sentra Messy Play



Guru merupakan perkerjaan profesional yang tidak semua orang dapat melakukannya, walaupun pada dasarnya semua orang adalah guru. Karena profesi guru berbeda dengan sekadar aktifitas mengajar biasa, seperti Ibu mengajari anaknya. Aktifitas Ibu tersebut bukan profesi yang memerlukan banyak kompetensi, melainkan kewajiban sebagai orang tua kepada anaknya.

Adapun guru adalah seseorang yang memiliki kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang baik yang mengabdi pada lembaga pendidikan swasta maupun negeri. Tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, dan membimbing orang yang berada dibawah tanggung jawabnya yaitu peserta didik atau siswa.

Dan biasanya seorang guru memiliki spesialisasi keilmuan yang diajarkannya, sesuai dengan aturan linierisasi yang ditetapkan pemerintah, namun bukan berarti seorang guru tidak boleh memiliki keahlian lain terutama yang dapat mendukung keilmuan utamanya atau bukan berarti juga guru tidak boleh mengajar pada mata pelajaran lain yang dia bisa, misal saat ada guru olahraga yang tidak masuk sementara tidak ada penggantinya, maka sebagai guru ia harus bisa menggantikannya selagi ia mengetahui materi tersebut.

Keadaan tersebut biasanya terjadi pada lembaga pendidikan di atas pendidikan anak usia dini, seperti Sekolah Dasar yang terbatas jumlah gurunya. Adapun pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seperti di Taman Kanak-Kanak guru dituntut untuk menguasai semua hal yang terkait pendidikan dan pembelajaran anak usia dini. Karena pembelajaran pada usia dini terkait tumbuh kembang anak yang aspek-aspeknya tidak dapat dipisah-pisah, melainkan menyeluruh.

Karena itu, seorang guru PAUD baik PAUD non formal maupun formal (TK, RA) harus menguasai semua metode pembelajaran atau minimal mengetahuinya. Seperti, PAUD yang pendekatan pembelajarannya menggunakan metode Sentra dan terdapat banyak sentra. Meski guru idealnya harus fokus pada satu sentra, namun guru juga harus mengetahui dan bisa mengajar pada sentra lain.

Seperti penulis, spesialisasinya adalah guru sentra Imtaq (Iman dan Taqwa) sesuai dengan latar belakang pendidikan penulis yaitu Pendidikan Agama Islam (S1 dan S2), namun penulis juga mengetahui cara mengajar sentra lain seperti balok, bahan alam, bermain peran, dan seni. Terutama mengajar di sentra balok  dan bahan alam, karena di sekolah sebelumnya (TK Islam, Alm, dan Sains Aljannah) penulis pernah mengajar pada kedua sentra tersebut sebelum dispesialisasikan di sentra Imtaq. Adapun di sekolah sekarang (TK Islam PB Soedirman) penulis mengajar di sentra balok, namun penulis dengan bekal pengetahuan dan pengalaman dapat juga mengajar di sentra lain.

Hal itu penulis alami pada hari Rabu, 05 Februari 2020,  penulis mengajar di sentra “messy play”. Dikarenakan guru sentranya sedang mendampingi siswa-siswinya fieldtrip. Dan posisi sentra ini ada pada kelompok A. TK Soedirman menggunakan metode sentra dengan perputaran kelas, dan tepat pada hari itu kelas penulis (B2) jadwalnya berada di sentra tersebut. Sehingga jadilah penulis satu hari itu mengajar di sentra “messy play”.

Pengertian Sentra Messy Play

Sentra atau yang dikenal juga dengan sebutan BCCT (Beyond Centers and Circle Time) adalah konsep pembelajaran pada usia dini yang resmi diadopsi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia sejak tahun 2004 dan menjadikan sang penemu dan pengembang konsep tersebut sebagai konsultan berkenaan dengan penerapannya di Indonesia, yaitu Dr. Pamela Phelps. Sentra sendiri secara bahasa bisa diartikan sebagai wadah yang disiapkan guru bagi kegiatan bermain anak (Wismiarti, 2010). Melalui serangkaian kegiatan bermain tersebut guru mengalirkan materi pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk lesson plon atau RPPH( Rencana Program Pembelajaran Harian).

Adapun yang dimaksud sentra “messy play” adalah sentra bahan alam. “Messy play” artinya adalah main kotor atau berantakan. Wismiarti (Pelopor BCCT di Indonesia) mengatakan (dalam buku “Sentra” yang ditulis oleh Profesor Rhenald Kasalai, Phd) dirinya belum menemukan padanan kata yang pas untuk menerjemahkan “messy play” ke dalam bahasa Indonesia, maka dipilihlah istilah sentra bahan alam.

Jadi, di negara asal BCCT (Florida, USA) sentra bahan alam disebut sentra  “messy play”, karena pada sentra ini anak dibebaskan untuk melakukan eksplorasi bahan-bahan yang ada melalui semua panca inderanya. Anak diperbolehkan bermain “tanpa batasan” agar lebih bebas mengeksplorasi. Pada sentra ini guru menyediakan bahan sifat cair maupun main terstruktur, sehingga pada sentra ini anak dapat menemukan kegiatan bermain air, pasir, lumpur, cat, play dough, kayu, bahan kapas, biji-bijian, dan daun-daunan, serta bahan dari alam lainnya. Karena bahan permainan itulah sentra bahan alam selalu terjadi “kekotoran dan berantakan” (messy) saat kegiatan dan setelahnya.

Sehari Menjadi Guru Sentra Messy Play

Pada hari Rabu, 05 Februari 2020, merupakan hari pertama penulis mengajar sentra “messy play” di Sekolah Islam PB Soedirman. Penulis mengajar sesuai kegiatan yang telah disusun oleh guru sentra pada lesson plan, saat itu temanya adalah Api, dan kegaitannya adalah (1) Menempel dan finger painting warna api, (2) Menggunting dan menempel gambar batu dan api, (3) Menyemprot gambar api, (4) mengklasifikasi bahan yang mudah terbakar.

Sebagaimana umumnya, sentra menggunakan 4 pijakan yaitu pijakan lingkungan, pijakan sebelum bermain, pijakan saat bermain, dan pijakan setelah bermain. Pijakan (Scaffoading) yaitu dukungan yang berubah-rubah yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.

Pada pijakan lingkungan, penulis bersama partner kelas meletakkan media permainan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan yang di luar kelas adalah menyemprot gambar api, dikarenakan kegiatan ini menggunakan air yang pastinya akan membasahi tubuh peserta didik dan daerah kegiatan.

Pada pijakan sebelum bermain, penulis menyampaikan bahasan tentang api, manfaatnya, bahaya, dan cara menanggulanginya jika terjadi kebakaran. Setelah itu penulis menginformasikan dan menjelas kan permainan yang akan dilakukan, serta aturan bermain di sentra “messy play”.

Pada pijakan saat bermain, penulis dan partner kelas memberikan dukungan kepada anak-anak agar dapat mengerjakan kegiatan yang ada terutama kepada anak-anak yang kesulitan. Penulis dan partner juga memberikan stimulasi bahasa dengan menggunakan bahasa yang baik, benar, dan bernilai saat bertanya dan memotivasi anak.

Pada pijakan setelah bermain, penulis menanyakan pengalaman bermain yang baru saja mereka lakukan. Pada kegiatan ini penulis menekankan pada anak yang kemampuan bahasa ekspresif nya masih memerlukan dukungan.

Alhamdulillah, meski yang mengajar bukan guru sentranya semua anak dapat mengikuti semua kegiatan dengan baik dan mereka senang melakukannya, sehingga pada hari itu mereka mendapatkan pengalaman baru yang memperkuat pengetahuan yang telah ada pada akal bawah sadar mereka. Dan yang pasti pada hari itu juga merupakan pengalaman berharga bagi penulis dapat mengajar di sentra “messy play”.

Demikian simple best practice sehari menjadi guru sentra messy play yang penulis dapat sampaikan. Semoga bermanfaat.

Aa Fajar 
(Guru TK Islam PB Soedirman Cijantnng, Jakarta Timur)

Baca Juga : Simple Best Practice Mengenal Makanan HalalBest Practice Bermain Balok




      TOKO AA FAJAR

Simple Best Practice : Sehari Menjadi Guru Sentra Messy Play Simple Best Practice : Sehari Menjadi Guru Sentra Messy Play Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Sunday, February 09, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.