Banyak yang bertanya tentang latar belakang pendidikan saya.
Mayoritas penanya adalah guru PAUD, baik
yang sudah Sarjana maupun yang masih kuliah. Apakah saya lulusan Sarjana PAUD dan
mengapa tidak melanjutkan S2 PAUD?
Mereka bertanya seperti itu karena didorong oleh peraturan yang “mengekang” mereka yaitu Linieritas Guru.
Peraturan yang mengharuskan setiap guru berlatar belakang pendidikan sama
dengan mata pelajaran yang diajarkannya, seperti guru PAUD maka harus lulusan Sarjana
Pendidikan Anak Usia Dini (PGTK/ PGPAUD/ Psikologi).
Orang yang non Sarjana PAUD mengajar di lembaga PAUD formal maupun
non fromal haknya dibatasi oleh peraturan linieritas guru. Meski sekolah mengakui mereka sebagai guru, pemerintah tidak mengakuinya. Mereka tidak
mendapatkan haknya sebagai pendidik dari pemerintah, seperti mengikuti PPG dan
mendapatkan tunjangan sertifikasi.
Karena itu, orang yang mengajar di PAUD diharuskan lulusan Sarjana PAUD. Jika belum, sangat dianjurkan untuk kuliah kembali. Jika
tidak, akan terlihat “aneh” seperti saya ini. Sudah guru paling ganteng, tidak linier lagi.
Jadilah saya semakin aneh di mata mereka.
Baca Juga : PAUD Poligami, Perlu Itu....
Tetapi menurut saya aturan linieritas guru itulah yang aneh dan lucu. Guru yang Sarjananya non PAUD
kemudian kuliah S2 PAUD lalu lulus, tetap tidak berhak untuk mendaftar
Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang berarti tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk
memperoleh tunjangan sertifikasi.
Karena berdasarkan peraturan linieritas guru, seorang guru
terhitung liniernya dilihat dari Ijazah S1nya, bukan pendidikan terakhirnya Ini juga yang menjadi alasan saya
tidak melanjutkan S2 PAUD. Buat apa, sudah kuliah mahal-mahal tetapi tidak
dianggap linier. Lebih baik melanjutkan S2 yang keilmuannya sama dengan program Sarjana saya.
Padahal berdasarkan kenyataan di lapangan juga, peraturan linieritas guru tidak tepat
diterapkan di PAUD. Sebab siapapun bisa menjadi guru anak usia dini asalkan mempunyai
keilmuan yang dibutuhkan oleh lembaga, menyukai dunia anak, dan mau belajar.
Linieritas guru hanya memungkinkan diterapkan di jenjang pendidikan di atas
PAUD, misal di SMP.
Di SMP ada pelajaran matematika, maka sangat pantas jika yang
mengajar harus lulusan sarjana matematika, dan akan aneh jika yang mengajar adalah lulusan agama atau lulusan seni.
Sementara di PAUD tidak ada mata pelajaran. Kegiatan
utamanya hanya bermain. Pelajarannya sangat
sederhana, orang hanya lulusan SD pun bisa membuatnya. Kesemua kegiatannya hanya
untuk menstimulus aepek-aspk perkembangan anak.
Ada 6 aspek perkembangan anak yang
perlu distimulasi oleh guru yaitu Agama, Bahasa, Kognitif, Fisik Motorik,
Sosial Emosional, dan Bahasa. Secara keilmuan, semua orang tahu dan pasti akan
mengetahui ketika punya anak dan jika sering berinteraksi dengan anak. Dan
akan semakin faham jika aktif membaca, mengikuti kajian atau seminar tentang
tumbuh kembang anak.
Sebagaimana para orang tua, banyak yang berhasil mendidik anaknya hingga menjadi
orang sukses. Padahal mereka tidak pernah kuliah PAUD, tetapi mereka dapat membersamai
dan menstimulus aspek-aspek perkembangan anak hingga anaknya berkembang
menjadi orang sukses.
Maksud saya. Siapapun bisa mempelajari lmu perkembangan anak
usia dini. Seorang lulusan Sarjana Seni sangat bisa mempelajarinya. Setelah dia
faham, dia bisa mengkorelasikan kegiatan
seni dengan tumbuh kembang anak. Begitu juga dengan lulusan Sarjana
InformasiTeknologi (IT) , dia bisa menstimulasi kecerdasan kognitif, fisik
motorik, dan lainnya dengan dasar-dasar Computational Thingking agar anak tumbuh menjadi generasi yang siap bersaing di
era Revolusi Industri 4.0 atau 5.0 .
Apalagi orang yang lulusan Sarjana Pendidikan Agama, sangat
bisa untuk mengajar di PAUD. Terutama lembaga PAUD yang berasaskan agama, yang
visi misinya religius. Sangat banyak sekali lembaga PAUD berasaskan agama yang terdaftar di Kemendikbud.
Lembaga-lembaga tersebut sangat butuh guru lulusan agama
untuk memberikan pendidikan keagamaan agar aspek perkembangan nilai-nilai agama
dan moral, dan sosial emosional anak terstimulus dengan baik sesuai ajaran dan
keyakinan agamanya.
Aa Fajar Memimpin Praktek Sholat Berjamaah di TK Islam PB Soedirman |
Bukan hanya untuk mengajar, tetapi juga berbagi ilmu kepada
rekan guru lainnya sehingga mereka bisa menstimulasi kecerdasan spiritual anak
dan mengajarkan pendidikan agama dengan benar. Begitu juga dengan guru lulusan
Seni, apalagi salah satu aspek perkembangan anak yang perlu distimulus adalah
perkembagan seni.
Mungkin, para pejuang PUAD akan berkata. Memang betul
dilapangan seperti itu, tetapi peraturan pemerintah menuntut kita harus linier,
bagaimana dong?
Kita berdao saja, semoga pemerintah mau meninjau ulang peraturan linieritas guru dan menghapusnya terutama untuk PAUD. Jika Menteri Pendidikan dan Staf-stafnya saja banyak yang
tidak linier, kenapa tidak dengan guru PAUD yang hanya mengajar sambil
bermain?.
Wallahu'alam
Menjadi Guru PAUD Tidak Harus Lulusan PGPAUD
Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu
on
Wednesday, July 08, 2020
Rating:
Membaca ini mengorek luka lama pd diri sy...buat sy guru yg hakiki adalah org tua....mumet klo mikirin linieritas...tetap semangat para pejuang pendidikan.....
ReplyDeleteYa..salah satu syarat tuk sertifikasi harus linier.. Tidak heran mereka yg ngajar dipaud tentunya s1Aud.. Acung jempol tuk pak fajar... Keikhlasan tentunya lebih membawa kemanfaatan tuk pd
ReplyDeleteSemoga mengajar di PAUD bukanlah sebagai pelarian karena belum mendapatkan job.mengajar diPAUD dibutuhkan jiwa pejuang.
ReplyDeleteSaya SDH sertifikasi tapi gelar saya S.PdI,kami di suruh kuliah lagi mengambil linieritas,katanya gelar TDK linier,dan akan terhapus sistem,bagaimana ini?kenapa hrs di ufuk terus,kami SDH mengajar lama dan sangat paham dunia PAUD apakah tidak cukup?
ReplyDeleteSama Saya Juga Lulusan PGSD tapi mengajar di TK Sudah 9 Tahun Lebih"😒😓😓
ReplyDeleteMudah" han ada Pemikiran Ulang dari pemerintah buat kita yang sudah banyak mengabdi"😊
Mantap,,,
ReplyDeleteMoga jd bahan pertimbangan bagi pemerintah khusus untuk paud untuk menghapus linearitas pada paud, S2 pgpaud aja belum tentu lebih unggul dibanding pgsd yg sudah puluhan tahun mengabdi di tk/paud
Saya SE, karena tinggal didesa akhirnya saya ingin kuliah PGSD. Setelah lulus ternyata pemkab tidak membuka lowongan untuk guru SD. Ada kesempatan mengajar di TK. Ternyata setelah nyaman di TK saya harus linieritas. Gaji guru paud tidak seberapa, tapi dituntut kuliah lagi. Masa saya harus S1 yang ke 3 kali? Apakah tidak ada kebijakan lainnya? Contohnya mengikuti diklat.
ReplyDeleteBlackjack by Evolution - Dr. Dr.MCD
ReplyDeleteBlackjack by Evolution - Dr.MCD. Live 영주 출장마사지 Casino. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. 경상북도 출장마사지 Ezugi. 광양 출장샵 Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. 문경 출장샵 Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. Ezugi. 용인 출장안마
Mewakili saya banget pak. Bismillah pe kuliah lagi
ReplyDelete