“Lebih cepat lebih baik,” itulah kata yang sering kita
dengar dalam menentukan keputusan atau tindakan. Kalimat singkat tersebut
sangat baik, tetapi tidak cocok diterapkan di dunia pendidikan terutama
pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pendidikan untuk anak usia dini memerlukan proses dan terdapat
tahapan yang harus dilalui serta diberikan stimulus yang tepat, tidak bisa
instan. Bukan hanya mie instan yang tidak baik untuk kesehatan tubuh,
pendidikan yang instan pun tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Logika sederhananya seperti tanaman. Semua tumbuhan untuk menghasilkan
buah atau bunga akan melalui beberapa tahapan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhannya membutuhkan perawatan yang berbeda-beda. Dari bibit yang ditanam
dan dirawat sesuai karakter bibitnya. Setelah tumbuh tunas, diperlakukan
perawatan yang lebih berbeda dari bibit. Setelah tumbuh ranting dan daun
perawatannya pun lebih berbeda. Perlakuannya terus berbeda sesuai tahapan
pertumbuhannya hingga tanaman itu menghasilkan buah atau bunga yang indah.
Jika perawatannya tidak sesuai tahapannya, pasti tanaman
tersebut tidak akan menghasilkan buah. Bisa jadi ia akan mati sebelum waktunya.
Disinilah pentingnya seorang petani untuk mengetahui tahapan dan cara perawatan
dari tumbuhan yang ditanamnya.
Seperti itulah gambaran pendidikan untuk anak usia dini, pendidikannya
tidak bisa instan. Sebagaimana proses penciptaannya yang terdiri dari beberapa
tahapan sebagaimana yang digambarkan dalam Alquran surat almu’minun ayat 12 –
14 :
“ Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.”
Baca Juga : Proses untuk Membentuk Anak Berkualitas ini Tidak Ada di PAUD...
Seorang anak setelah terlahir ke dunia pun akan melalui
beberapa proses dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimana kita
ketahui, untuk bisa berjalan saja seorang anak akan melalui beberapa tahapan.
Diawali dari bisa duduk, kemudian merangkak, mengangkat tubuh, berjalan dengan
bantuan, berdiri tanpa pegangan, melangkah pelan-pelan dengan pegangan, hingga kemudian
dapat berjalan sendiri.
Begitu juga pada diri kita yang sudah dewasa. Ketika kita
menginginkan sesuatu ada proses yang harus kita lalui. Katakanlah, ingin bisa
mengendarai mobil. Pastinya untuk bisa menyetir dengan baik kita perlu belajar
dari dasar. Dimulai dari pengenalan bagian-bagian mobil seperti rem, kopling,
pedal gas, dan bagian lainnya yang mendukung keamanan dan kenyamanan
berkendara.
Setelah mengenal bagian-bagiannya barulah kita belajar
mengendarai mobil dengan perlahan. Untuk dapat mengendarai dengan baik tidak
cukup hanya belajar sekali, perlu diulang-ulang berhari-hari hingga dinyatakan
bisa oleh instruktur. Bisa bukan berarti lancar, untuk dapat lancar mengemudi
perlu dipraktikkan setiap hari.
Tidak ada kue yang langsung tersaji di meja makan, untuk
menghadirkannya ada proses yang harus kita lalui. Minimal, jika tidak ingin
repot, kita bisa membeli di toko kue. Tetapi jika kita ingin kue yang
benar-benar sehat, sesuai selera, dan kondisi tubuh, maka lebih baik kita sendiri
yang membuatnya.
Untuk membuat kue yang lezat ada proses pengolahan yang harus kita lalui. Bukan hanya proses, ada resepnya juga yang harus kita kuasai. Ketika salah membaca resep, maka hasilnya tidak sesuai harapan. Kue yang sudah jadi tidak bisa dikembalikan menjadi terigu dan teman-temannya.
Itu untuk urusan bikin kue, belajar mengemudi, dan menanam.
Ada tahapan dan proses yang harus dilalui dengan baik dan benar. Begitu juga
untuk pendidikan anak-anak kita. Tuhan yang maha kuasa tidak instan
menghadirkan mereka ke dunia ini. Ada proses dan tahapan yang harus dilalui
kedua orang tuanya.
Karenanya dalam mendidiknya pun ada proses dan tahapannya,
tidak bisa instan. Salah memberikan stimulus, misal menggas anak menulis di
usia dini. Padahal motorik halusnya belum kuat, maka menyuruh anak menulis itu
tidak tepat. Langkah bijaknya, untuk anak yang motorik halusnya belum
berkembang adalah dengan memberinya stimulus seperti meremas kertas, merobek,
mewarnai, atau menggunting. Untuk menggunting pun ada tahapannya. (Baca : Tahapan Menggunting AUD)
Intinya, dalam pendidikan untuk anak usia dini slogan “lebih
cepat lebih baik” tidak bisa diterapkan. Bijaknya slogan itu diganti “Biar
lambat asal tepat itu lebih baik”. Ingat,
bunga ditaman mekarnya tidak bersamaan. Masing-masing berkembang sesuai fitrah
pertumbuhannya.
Wallahu'alam
No comments: