Simple Best Practice : Asik Aku Bisa Menggunting

Best Practice

Asik Aku Bisa Menggunting


Anak usia dini memang unik. Meski tahun, bulan, dan hari kelahiran mereka sama, postur tubuh sama, dan belajar di kelas yang sama, namun pertumbuhan dan perkembangan mereka berbeda. Sehingga stimulus pendidikan yang mereka butuhkan pun berbeda.

Anak usia dini disebut juga masa “golden age’, dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan mereka sedang mengalami pergerakan yang sangat cepat dan sangat mempengaruhi kepribadian mereka kelak. Sehingga baik atau tidak stimulus pendidikan yang mereka terima akan menentukan baik tidaknya kepribadian dan keberhasilan mereka kelak di masyarakat.

Oleh karena itu, orang tua dan pendidik terutama di PAUD harus mengetahui, memahami, dan bisa menstimulus pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemahaman yang baik akan menghasilkan tindakan yang tepat, begitupun sebaliknya, pengetahuan yang kurang akan menghasilkan pemahaman yang kurang dan tindakannnya pun akan kurang tepat sehingga hasilnya pun tidak tepat.

Dalam dunia pendidikan anak usia dini, sedikitnya ada 6 aspek perkembangan anak yang harus diketahui oleh pendidik yaitu perkembangan nilai-nilai agama dan moral, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, perkembangan psikomotorik, dan perkembangan seni.

Setiap anak unik, salah satu keunikannya ada pada perkembangan mereka yang berbeda. Seperti,perkembangan psikomotorik pada motorik halus anak kelompok TK A  kemampuan menggunting. Kemampan mereka menggunting berbeda. Ada yang belum bisa menggerakkan gunting, ada yang menggunting tepi kertasnya saja, dan sebagainya sesuai tahapan perkembangan nya.

Baca Juga : Tahapan Menggunting

Keadaan perkembangan motorik halus pada kemampuan menggunakan gunting itu seperti yang penulis temui pada kelompok TK A yang penulis ajar pada Sentra Balok. Beberapa kali penulis memberikan kegiatan menggunting ada beberapa anak yang kesulitan meski hanya menggunting garis lurus.

Untuk itu, pada pekan ini ( awal maret 2020) di Sentra Balok untuk kelompok A penulis merancang kegiatan yang menstimulus perkembangan motorik halus mereka pada kemampuan menggunting. Harapannya, tahapan menggunting mereka meningkat. Sehingga kegiatan lainnya yang memerlukan kemampuan motorik halus, seperti menulis, akan mudah mereka lakukan.

Tema pembelajaran pada pekan tersebut adalah “Rekreasi” dengan sub tema “Kendaraan”. Maka rencana kegiatan di Sentra Balok yang penulis  ranacang dalah “Membangun Bandara”. Kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah (1) Membangun bandara menggunakan balok, (2) Menggunting garis lurus pada gambar kendaraan : pesawat, helikopter, jet, dan mobil, yang kemudian menempelkannya pada balok unit menggunakan solatif. (3) Meletakkan gambar di balok unit tersebut pada area bangunan balok yang mereka susun.

Untuk media yang penulis siapkan adalah kertas bergambar yang ujung bawahnya lebih yang dibatasi oleh garis hitam (garis inilah yang harus digunting oleh peserta didik), gunting, solatif, dan pensil untuk menulis nama.  Pada pijakan lingkungan, penulis menata alas membangun balok dan media-media tersebut berdekatan agar peserta didik mudah beraktifitas.

Media Yang Penulis Gunakan 
Pada pijakan sebelum bermain, setelah menjelaskan tentang aneka kendaraan, mengenalkan beberapa nama balok, dan menginformasikan bangunan yang harus mereka buat, penulis mencontohkan cara memegang gunting, memilih gambar, menggunting yang aman, dan menempelkan gambar pada balok unit. Saat kegiatan ini peserta didik sangat antusias, dengan semangat mereka mengikuti ucapan penulis saat menggunting yaitu “buka,tutup,buka, tutup...”.  

Pada saat mulai membangun pun mereka sangat antusias. Ada yang membuat bandara terlebih dahulu, ada yang membuat landasan pesawatnya terlebih dahulu, dan ada yang menggunting gambarnya terlebih dahulu. Untuk menggunting, setiap peserta didik disarankan menggunting maksimal 4 gambar.
Salah Satu Bangunan Peserta Didik
Pada pijakan saat bermain, penulis  memprioritaskan memberi pijakan pada beberapa peserta didik yang tahapan mengguntingnya masih belum berkembang. Pijakan yang penulis lakukan hanyalah 3 M yaitu mencontohkan, membimbing cara memegang kertas dan guntingnya, serta memotivasinya.

Ada tiga peserta didik yang kesulitan menggunting, setelah penulis berikan pijakan 3 M mereka berhasil menggunting sesuai yang diharapkan. Karena berhasil, salah satu dari mereka berteriak dengan gembiranya ‘Asik..aku bisa gunting.yeee”. Kegembiraan peserta didik tersebut, penulis sambut dengan mengucap “Alhamdulillah, keren” lalu penulis mengajaknya “tos” .

Karena berhasil dan mendapatkan sambutan positif dari penulis, peserta didik tersebut kembali menggunting. Bahkan Ia menggunting melebihi jumlah yang disarankan. Ketika pijakan setelah bermain, saat penulis menanyakan pengalaman bermain balok yang baru saja mereka lakukan, peserta didik yang tadi berhasil menggunting berkata dengan semangatnya “Pak Fajar, tadi aku bisa menggunting”.

Itulah Simple Best Practice kali ini yang dapat penulis informasikan. Kesimpulannya, anak-anak senang menggunting, maka hendaknya orang tua dan pendidik sebelum mengajarkan anak menulis berikan mereka kegiatan menggunting untuk melatih kekuatan motorik halus yang akan mereka gunakan untuk menulis, menggunting merupakan media yang efektif untuk menstimulus perkembangan motorik halus anak, menggunting ada tahapannya dan setiap anak berbeda tahapannya, untuk itu orang tua dan pendidik harus mengetahui tahapan menggunting agar tepat memberikan pijakan/stimulus  kepada anak.

Baca Simple Best Practice Lainnya :



Simple Best Practice : Asik Aku Bisa Menggunting Simple Best Practice : Asik Aku Bisa Menggunting Reviewed by Aa Fajar Sang Fakir Ilmu on Sunday, March 15, 2020 Rating: 5

2 comments:

Powered by Blogger.